Mataram (ANTARA) - Kepala Divisi Public Relations Universitas Nasional (Unas) Dian Metha Ariyanti mengatakan razia dadakan dalam upaya memerangi kemungkinan penyalahgunaan narkoba di kampus bisa menjadi syok terapi bagi orang-orang yang ingin menggunakan zat terlarang tersebut.
"Razia itu juga bisa sebagai syok terapi bagi yang ingin coba-coba," kata Metha saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Dalam upaya penanggulangan narkoba, Metha mengatakan Unas bekerja sama dengan kepolisian, baik Polres Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya dan juga Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk melakukan razia berupa penyisiran dan tes urine kepada seluruh mahasiswa, dosen dan juga karyawan di kampus tersebut.
"Jadi kita tidak spesifik ke mahasiswa tetapi dosen dan karyawan juga dites urine secara random," katanya. Waktu razia juga, kata dia, tidak diberitahukan kepada karyawan di kampus.
"Kami (Humas) diinfokan lima menit setelah mereka datang. Jadi sifatnya memang razia dadakan. Dan ini dilakukan secara rutin," katanya.
Unas sejauh ini telah melakukan delapan kali razia narkoba sejak operasi itu dimulai pada 2014.
Dari awal operasi, Metha mengatakan tidak menemukan ada yang terindikasi menyalahgunakan narkoba.
Namun, pada operasi razia terakhir ada tiga mahasiswa yang terindikasi menyalahgunakan narkoba.
Tetapi dua di antaranya telah dinyatakan negatif narkoba setelah melakukan pemeriksaan untuk kedua kalinya.
Bagi mahasiswa yang terindikasi dan terbukti positif menyalahgunakan narkoba, pihak berwenang di Unas akan memberikan sanksi tegas terhadap pelaku dengan mengeluarkannya dari kampus.
"Peraturan Unas sudah tegas dan firm bahwa apapun yang mereka lakukan terkait penyalahgunaan narkoba, kami pasti melakukan penindakan tegas," katanya.