Hanya berbekal Rp3 juta putera Saum lulus IPDN

id Eusebius Lolonlun putra daerah asal Provinsi Maluku usai pelantikan di Kampus IPDN Jatinangor

Hanya berbekal Rp3 juta putera Saum lulus IPDN

Seorang Praja Muda Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Eusebius Lolonlun putra daerah asal Provinsi Maluku usai pelantikan di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (6/08/2019). Eusebius salah satu praja yang berhasil masuk IPDN hingga akhirnya lulus hanya dengan berbekal uang sebesar Rp3 juta pada tahun seleksi IPDN 2015. (Feri Purnama)

Mataram (ANTARA) -  Seorang Praja Muda Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Eusebius Lolonlun putra daerah asal Provinsi Maluku berhasil masuk IPDN hingga akhirnya lulus hanya dengan berbekal uang sebesar Rp3 juta yang berhasil terkumpul dari sumbangan dari para jemaat gereja yang kasihan karena dia dari keluarga tidak mampu.

"Saya bisa pergi ke sini (Kampus IPDN) hasil dari uang PNS dan dari gereja yang terkumpul uang Rp3 juta," kata Eusebius Loloniun kepada Antara usai pelantikan 744 orang Calon Pamong Praja Muda di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa.

Pria kelahiran 24 Agustus 1998 itu bermula tidak percaya bisa lolos seleksi masuk IPDN sebuah perguruan tinggi pemerintahan yang sangat didambakan oleh semua anak bangsa di Indonesia.

Ia yang akrab disapa Ibi, setelah lulus SMA Negeri Unggulan Saum Laki sempat ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, namun keterbatasan biaya dan ekonomi keluarga yang masih serba keterbatasan membatalkan niatnya untuk sekolah.

Pilihan lainnya, Ibi berusaha untuk bekerja dulu di sebuah mall ternama di kota kelahirannya itu untuk mengumpulkan uang agar nanti bisa melanjutkan cita-cita masuk ke perguruan tinggi.

Usai lama bekerja, Ibi mendapatkan tawaran dari tetangganya yang bekerja sebagai PNS lulusan IPDN agar mengikuti tes masuk IPDN Tahun 2015 melalui jalur daring, hingga akhirnya mencoba dan memenuhi persyaratan administrasi.

"Ekonomi saya pas-pasan gak ada biaya untuk kuliah, saya memutuskan bekerja, pas ada pendaftaran ada tetangga alumni IPDN, dia yang daftarkan, sempat saya tidak yakin karena masuk kampus ini biayanya mahal," kata putra daerah Kepulauan Taniba, Maluku ini.

Ia mengaku sebelum memutuskan untuk ikut seleksi masuk IPDN sempat berpikir dengan kondisi ekonomi keluarganya yang selama ini hanya tinggal di rumah nenek dan kakek sebagai pensiunan guru.

Sedangkan ibu dan bapaknya pergi meninggalkannya, bersama kedua adiknya, sejak saat itu tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya, hingga akhirnya Ibi yang masih usia anak-anak diurus oleh kakek dan nenek dengan hidup serba keterbatasan.

Namun, tekad yang kuat dan motivasi dari kakek neneknya, Ibi berusaha untuk bisa lolos seleksi masuk IPDN di Maluku, tes tersebut meloloskan Ibi untuk mengikuti tahapan seleksi berikutnya di Ambon, suatu daerah yang sangat jauh dari tanah kelahirannya di Maluku.

Jarak tempuh menuju Ambon tersebut selama 1,5 jam menggunakan pesawat dan satu pekan atau tujuh hari menggunakan kapal, jaraknya yang sangat jauh dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Namun, Ibi yang memiliki tabungan dari hasil bekerjanya di mall dapat dimanfaatkan untuk biaya ongkos dan makan menuju Ambon, selanjutnya mengikuti seleksi tes tulis bersama ribuan peserta dari Maluku.


Satu satunya

Sekian banyak peserta yang ikut seleksi di Ambon itu, ternyata hanya satu orang dari Saum Laki, Maluku, yang lolos tes yakni Eusebius Lolonlun. Dari sana ia bingung untuk biaya pergi ke Kampus IPDN yang berada di tanah Jawa untuk mengikuti tes Penentuan Tahap Akhir atau disebut Pantohir.

"Tes selanjutnya, saya saja satu-satunya dari Kepulauan Taniba, cuma satu orang," katanya.

Ia yang masih berada di Ambon itu meminta biaya kepada neneknya, namun nenek yang satu-satunya diandalkan itu tidak bisa mengabulkan keinginannya untuk menyediakan uang transportasi dan biaya hidup selama menuju Kampus IPDN.

Para jemaat Gereja Katolik Saum Laki dan masyarakat daerahnya yang merasa kasihan berusaha membantu mengumpulkan dana untuk biaya pergi ke Jawa mengikuti seleksi akhir masuk IPDN.

Biaya yang Terkumpul Rp3 juta itu, Ibi tanpa pengalaman pergi ke Jawa sebelumnya langsung membeli tiket pesawat dan biaya transportasi lainnya yang habis sebesar Rp1,5 jutaan, lalu uang sisanya digunakan untuk kebutuhan lain selama mengikuti tahapan tes seleksi.

Berkat doa dan semangatnya itu, Ibi akhirnya bisa melewati tahapan seleksi akhir itu hingga akhirnya bisa belajar dan lulus menjadi Praja Muda IPDN selama empat tahun.

"Saya sangat bahagia bisa masuk IPDN, bisa membahagiakan Oma (nenek), saya masih ingat di Ambon saya minta bantuan ke Oma, akhirnya ada bantuan yang Rp3 juta itu, saya ucapkan terima kasih buat semua yang telah membantu saya," katanya.

Ia menyampaikan suatu keinginan yang besar harus diusahakan untuk bisa dicapai dengan penuh keyakinan dan percaya diri, dan tidak perlu takut untuk selalu mencoba dan berusaha agar cita-cita yang diinginkan bisa tercapai.

Sebelumnya, Ibi merasa tidak percaya diri, apalagi masuk IPDN dikabarkan harus punya banyak uang dan jaringan orang pejabat, namun hal itu tidak terbukti, siapa saja termasuk dari kalangan orang miskin bisa masuk ke IPDN.

"Harus percaya diri. Dulu sekolah ke tingkat tinggi ini, saya tidak yakin, biaya mahal, meski ada kenalan untuk masuk ke sini, tapi motivasi Oma dan sistem IPDN memang sudah begitu bagus hingga saya bisa masuk," katanya.

Ibi, putra asal Maluku tersebut salah satu Praja IPDN dari kalangan keluarga tidak mampu. Sebagian praja lainnya masih banyak yang beruntung masuk IPDN dengan serba keterbatasan ekonomi yang akhirnya bisa menggapai cita-citanya menjadi pegawai negara.

Sebelumnya, 744 orang Calon Pamong Praja Muda IPDN Angkatan XXVI dilantik oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla di Lapangan Parade Abdi Praja Kampus IPDN Jatinangor, Sumedang.

Pelantikan yang dihadiri para orang tua praja itu diwarnai tangis haru dan bahagia. Para praja tersebut setelah resmi dilantik selanjutnya akan mengabdikan diri ke masyarakat.*