Mataram (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Mataram Nusa Tenggara Barat menemukan kerupuk mengandung boraks ketika mengawasi produk makanan di sejumlah lokasi penjualan makanan berbuka puasa di Mataram, Sabtu.
Produk kerupuk yang ditemukan positif mengandung boraks tersebut ditemukan di dua lokasi berbeda yakni di lokasi penjualan "Ampenan City Center" dan di Jalan Airlangga Mataram.
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram Hj. Sri Utami Ekaningtyas mengatakan pengawasan produk makanan pada bulan Ramadan bertujuan untuk mengetahui apakah produk manakan yang beredar dan dikonsumsi masyarakat terjamin keamanannya dari sisi kesehatan.
"Kegiatan ini setiap tahun dilaksanakan pada bulan puasa Ramadhan. Ini penting karena tahun lalu kami menemukan beberapa jajanan berbuka puasa mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan," katanya.
Selain menganalisa kerupuk, kata dia, ada 39 produk makanan lainnya yang diuji kandungan bahan kimianya, namun hanya kerupuk yang positif menggunakan boraks.
Sri menjelaskan boraks merupakan merupakan garam natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri nonpangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik.
Tetapi bahan berbahaya ini tidak jarang digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mi basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Jika dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.
"Boraks ini bersifat mengenyalkan dan mengawetkan makanan terutama untuk bakso dan lontong. Di Jawa banyak yang menggunakan boraks padahal berbahaya bagi kesehatan," katanya.
Dari hasil pengawasan yang dilakukan di empat titik berbeda yakni Jalan Airlangga Mataram, Ampenan City Center, pasar tradisional Kebon Roek Ampenan dan Jalan Adi Sucipto Rembiga Mataram, Sri menyimpulkan bahwa tingkat kesadaran para pedagang makanan sudah meningkat dibandingkan sebelumnya.
Hal itu terlihat dari 40 jenis produk makanan yang diuji laboratorium hanya satu produk makanan yakni kerupuk yang positif mengandung boraks. Meski demikian, ada beberapa jajanan yang harus diteliti lebih lanjut di ruang laboratorium BBPOM Mataram, karena diduga mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.
Ia menambahkan, kegiatan pengawasan produk makanan pada bulan puasa Ramadhan tidak hanya dilakukan di Kota Mataram, tetapi juga dilakukan di kabupaten/kota lainnya di NTB.
"Beberapa hari lalu kami sudah ke Bima dan Sumbawa, hasilnya sekarang sedang dianalisa di laboratorium, karena tim tidak membawa mobil laboratorium keliling. Dalam waktu dekat akan dilakukan di wilayah Lombok Barat," katanya. (*)
Keterangan Foto: Dua orang petugas dari Balai POM NTB melakukan tes sampling makanan dan minuman untuk berbuka puasa di pasar Ampenan, Mataram, NTB, Sabtu (14/8).