Dr Hadi Supratikta MM: bangga jadi peneliti di Balitbang Kemendagri

id PNS

Dr Hadi Supratikta MM: bangga jadi peneliti di Balitbang Kemendagri

Dr Hadi Supratikta MM (kanan) bersama salah satu tokoh Trenggalek lainnya, Wadan Seskoal Laksamana Pertama TNI Imam Musani SE MSi (kiri). (Dok. Pribadi)

Mataram (ANTARA) - Hadi Supratikta, seorang anak desa, tidak menyangka bisa menyelesaikan pendidikan akademis tertinggi, yakni meraih gelar Doktor serta bisa bekerja sebagai Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Dalam Negeri di Jakarta.

Suami dari Fifth Ernawati dengan dua anak, Auliasharely Mustika Hadiningrat dan Ertikta Auliajaya Hadiningrat itu kini menjabat sebagai Peneliti Ahli Utama Kebijakan Publik Balitbang Kemendagri.

Pria dari keluarga Muhammadiyah yang sederhana itu lahir pada 27 Mei 1969 di Kampung Krajan Desa Rejowinangun, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

Hadi Supratikta adalah anak keempat dari enam bersaudara, dan kakak perempuannya yang nomor dua meninggal dunia karena terkena disentri.

Ayah kandungnya yang bernama H Dasi Warsito (almarhum) berprofesi sebagai Sekretaris Desa Rejowinangun dan ibunya, Hj Musinah adalah seorang pedagang kecil di desa tersebut.

Di masa anak-anak ia sering membantu orangtuanya berjualan atau menjadi pengepul sembako, minyak tanah, dan pupuk. Ia membantu orangtuanya dengan bekerja keras, berdisiplin dan bertanggungjawab sehingga dipercaya para pelanggan.

Hadi menamatkan SD tahun 1981, SMP tahun 1984, dan SMA tahun 1987. Setelah tamat dari SMA melanjutkan kuliah S1 Jurusan Matematika di Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada waktu menjelang Kuliah Kerja Nyata (KKN), studinya hampir droup out karena penghasilan orangtuanya tidak mencukupi untuk membiayai kuliah tiga anak sekaligus.

Tetapi pada saat yang sangat sulit itu Hadi bersyukur mendapatkan bantuan beasiswa Supersemar serta bantuan paket kewirausahaan mahasiswa atas bakti sosial Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) Kopertis Wilayah VII Jawa Timur.

“Kalau tidak ada bantuan beasiswa Supersemar dan paket kewirausahaan mahasiswa dari KMA-PBS Kopertis Wilayah VII Jawa Timur itu saya dipastikan droup out kuliahnya,” katanya.

Hadi lulus S1 Matematika dari Universitas Muhammadiyah Malang tahun 1991, dan pada 27 Mei 1993 mengikuti Program “Sarjana Pendamping Purna Waktu” (SP2W) yang diselengarakan oleh KMA-PBS selama hampir tiga bulan.

Setelah itu ia mengikuti Pendidikan Kader Bangsa di Kostrad Cilodong Depok Jawa Barat, dilanjutkan di Kopassus Batujajar Jawa Barat dengan kontrak kerja nomor 119/IDT/KT/KMA-PBS/0794.

Pada 1993, menjelang akhir pendidikan, Hadi dan kawan-kawan peserta Pendidikan Kader Bangsa diajak Presiden Soeharto berkunjung ke Tapos untuk melihat peternakan sapi Pak Harto. Sebelumnya, mereka yang diperbolehkan melihat peternakan sapi di Tapos hanya para peserta pendidikan Lemhannas.

Kemudian, setelah bekerja sebagai Pendamping Dana Inpres Desa Tertinggal selama 11 bulan di Desa Tertinggal Parah di Kabupaten Malang Jawa Timur, Hadi melanjutkan pendidikan Kursus Kader Pembangunan Masyarakat Desa pada Juni 1994.

Setelah bekerja sebagai Pendamping Desa di Desa Tertinggal Parah selama lima tahun, dari 1000 pendamping yang dikirim KMA-PBS mulai angkatan I sampai angkatan IV, sebanyak 300 orang di antaranya direkrut menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Hadi termasuk salah satu dari 300 orang yang direkrut KMA-PBS untuk menjadi PNS di Kabupaten Malang, sedangkan sisanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Sisanya yang berjumlah 700 orang itu sebagian besar masuk Program Pendamping Prasarana Pendukung Desa Tertinggal Parah (P3DT) yang akhirnya menjadi Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

Dr. Hadi Supratikta, MM dan keluarga (Dok. Pribadi)

Pada 1998, yaitu saat awal menjadi PNS, Hadi ditempatkan di Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten Malang dengan tugas menangani PPK.

Dengan kata lain, saat itu ia menjadi PNS Pusat yang dipekerjakan di Kabupaten Malang, di mana oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Malang dipekerjakan di PPK, dan untuk itu pula ia hampir dua minggu sekali mendapat kesempatan bertugas ke pusat (Jakarta).

Pada 1999, karena sering bertugas ke Jakarta, Hadi menyempatkan diri melanjutkan pendidikan S2 Program Studi Magister Manajemen di Universitas Muhamadiyah Jakarta dan lulus tahun 2001.

Setelah bekerja sebagai PNS selama lima tahun dan sudah mengantongi ijazah S2, pada 21 Mei 2002 Hadi mulai menjabat struktural, yaitu menjadi Sekretaris Camat dan setahun kemudian menjadi Camat di Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang.

Hadi tidak menyia-nyiakan kesempatan. Pada 2001, sambil bekerja sebagai PNS, ia melanjutkan studi S3 di Universitas Brawijaya Malang dengan mengambil Program Studi Administrasi Publik dan lulus tahun 2005.

Pada waktu menjadi mahasiswa S3 itu ia pindah kerja, dari Pegawai Pemda Malang menjadi Pegawai Pusat di Kementerian Dalam Negeri, persisnya ditempatkan di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).

Saat bertugas di Balitbang Kemendagri, Hadi mulai berkarir pada jalur fungsional peneliti dan diikutsertakan pada Penelitian Revisi Undang-undang tentang Pemerintah Daerah dan Kajian Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pusat dan Daerah

Setelah itu ia diikutsertakan secara aktif pada beberapa penelitian lainnya, termasuk Penelitian E-Voting untuk kepentingan Pemilu Pileg dan Pilpres 2019.

Selain itu ia juga aktif dalam kajian tentang impelentasi kewenangan pusat dan daerah dalam pengelolaan laut dan kajian tentang implementasi pengelolaan Provinsi Kepulauan.

Sementara itu silaturahmi dengan para alumni SP2W se-Indonesia dan pengurus KMA-PBS serta Pengurus Pusat Yayasan Supersemar terus dia bina. Komunikasi dengan mereka berjalan dengan baik.

Lalu pada Munas KMA-PBS ke VIII periode kepengurusan masa bakti 2011-2015 Hadi mendapat amanah sebagai Wakil sekjen KMA-PBS Pusat.

Di luar keaktifannya di Balitbang Kemendagri, Hadi sejak 2004 terdaftar sebagai dosen Universitas Pamulang (Unpam) di Pamulang Tangerang Selatan, tetapi mulai aktif mengajar tiga tahun kemudian, yaitu tahun 2007 di Fakultas Ekonomi. Setahun kemudian ia mengajar di Pasca Sarjana Magister Manajemen Unpam.

Di samping itu pria kelahiran Trenggalek itu juga aktif pada organisasi profesi Ikatan Peneliti Pemerintahan Indonesia (IPPI) yang deklarasinya dilakukan pada 11 Maret 2011.

Pada Munas IPPI yang pertama ia mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua Umum untuk periode 2011 s/d 2015. Organisasi profesi itu kini mempunyai cabang di Jateng, Jatim, DIY, dan Bali.

Salah satu produk IPPI adalah “Media Pemda” yang terbit setiap tiga bulan sekali dan dikirimkan ke Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.

Dari pengalaman menerima beasiswa Supersemar, kemudian ikut bergabung di SP2W KMA-PBS, dan saat ini mengabdi di Kementerian Dalam Negeri, Hadi mengemukakan beberapa harapan dan saran:

Pertama, program pemberian beasiswa Supersemar hendaknya dilanjutkan. juga pemberian beasiswa-beasiswa lainnya karena masih banyaknya mahasiswa cerdas namun orangtuanya tidak mampu sebagaimana yang dialaminya waktu kuliah S1.

Kedua, para siswa dan mahasiswa pasti bisa mencapai keberhasilan studi asalkan tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi belajar secara sungguh-sungguh dan berdisiplin untuk meraih cita-cita. Jika fokus dan bersungguh-sungguh, pasti ada saja jalan untuk mencapai keberhasilan studi.

Ketiga, para siswa dan mahasiswa jangan memikirkan hal-hal yang remeh temeh, tetapi harus berpikir jauh ke depan, berpikir strategis, dan berpikir untuk orang banyak dengan cara banyak membaca dan memperluas networking (silaturahim).

Last but not least, jangan lupa untuk banyak berdo’a serta meminta restu dan do’a orang tua supaya studinya berjalan lancar serta agar mampu menghadapi hambatan dan tantangan di depan yang jelas tidak semakin ringan.

*Biografi Dr Hadi Supratikta MM ini ditulis oleh Wartawan Senior yang juga
Konsultan Komunikasi Aat Surya Safaat.