Lombok Barat (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, melatih pengelola desa wisata untuk mengembangkan usaha mancakrida (outbond) yang banyak diminati masyarakat saat ini.
Kepala Dispar Kabupaten Lombok Barat Saepul Akhkam, di Kabupaten Lombok Barat, Kamis, menjelaskan kegiatan pelatihan bertemakan "Pelatihan Pemandu Wisata Outbound", salah satunya bertujuan untuk menambah variasi atraksi wisata yang ada di desa-desa wisata, selain memperkaya sumber daya manusia.
"Kami juga ingin menyajikan semacam inspirasi bahwa satu desa wisata sesungguhnya memiliki banyak kekayaan potensial yang harus mereka kembangkan. Tidak lagi hanya bicara atraksi sejenis, misalnya satu desa wisata buat kolam semua ikut buat kolam, tetapi ada potensi alamiah yang mereka miliki dengan segala macam bentuk variannya yang kaya di setiap desa," katanya.
Ia mengatakan dari pelatihan yang diikuti 40 orang peserta yang berasak dari 20 desa wisata tersebut diharapkan setiap desa mampu mengidentifikasi potensi dirinya lebih dahulu.
"Baru kemudian memiliki inspirasi untuk kreatif mengembangkannya sampai mampu menciptakan paket-paket wisata atraktif yang bisa ditawarkan ke pasar," ujarnya.
Dalam pelatihan yang digelar selama empat hari mulai 8-11 September 2021, Dispar Kabupaten Lombok Barat menggandeng Asosiasi Experiensial Learning Indonesia (AELI) NTB sebagai nara sumber utama.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah AELI NTB Mujiyanto menyebutkan ada sejumlah materi kemampuan atau kompetensi dasar yang akan diberikan kepada peserta dalam pelatihan, mulai dari managemen kegiatan, keselamatan hingga kreativitas.
"Ada kompetensi inti yang akan kita berikan, dari manajemen yang meliputi perencanaan program kegiatan rekreasi, melaksanakan pemanduan kegiatan rekreasi, permainan, memandu kegiatan tali rendah dan tali tinggi sampai ke menganalisis risiko dalam kegiatan, serta menolong korban," katanya.
Menurut dia, untuk menyajikan sebuah destinasi wisata "outbound" tidak bisa mengeyampingkan fasilitator yang kompeten dalam bidang tersebut.
Mujiyanto menambahkan kreativitas itu sendiri dalam penerapannya di desa wisata adalah bagaimana menggali potensi kearifan lokal dan mengemasnya sebagai produk wisata.
"Dan yang terakhir ada kreativitas, dalam 'experensial learning' atau yang biasa kita sebut 'outbound' itu pada dasarnya kita dituntut untuk menjadi kreatif, keluar dari kebiasaan," ujarnya.