ANGKASA PURA UPAYAKAN BIL JADI BANDARA TRANSIT

id

     Mataram, 27/9 (ANTARA) - Manajemen PT Angkasa Pura I tengah mengupayakan Bandara Internasional Lombok dijadikan bandara transit oleh maskapai penerbangan internasional maupun domestik.
     "Upaya kami antara lain mengumumkan ke berbagai 'airline' tentang keberadaan Bandara Internasional Lombok itu. 'Airline' yang nantinya memutuskan hendak transit di Lombok atau bagaimana," kata General Manager (GM) PT Angkasa Pura I Bandara Selaparang Mataram I Ketut Erdi Nuka, di Mataram, Selasa.
     Erdi mengungkapkan bahwa pihaknya juga telah menginformasikan kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Organization (ICAO) tentang prospek Bandara Internasional Lombok (BIL) yang laik dijadikan bandara transit.
     ICAO merupakan bagian dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengembangkan teknik dan prinsip-prinsip navigasi udara internasional serta membantu perkembangan perencanaan dan pengembangan angkutan udara internasional untuk memastikan pertumbuhannya terencana dan aman.
     Dewan ICAO mengadopsi standar dan merekomendasikan praktik mengenai penerbangan, pencegahan gangguan campur tangan yang ilegal, dan pemberian kemudahan prosedur lintas negara untuk penerbangan sipil internasional.
     ICAO memberikan kode maskapai penerbangan kepada maskapai penerbangan dan otoritas penerbangan. Kode maskapai penerbangan ICAO terdiri dari tiga huruf namun berbeda untuk setiap maskapai penerbangan, guna menghindari konflik dengan sistem yang lain, misalnya SOS (kode darurat).
     Selain kode untuk maskapai penerbangan, ICAO juga mengeluarkan kode untuk bandar udara.
     Untuk BIL, ICAO menetapkan "tri letter code" LOP dan sudah diumumkan ke publik internasional pada 28 Juli lalu.
     Menurut Erdi, Angkasa Pura I tidak berkewajiban mengajukan permohonan khusus untuk menjadikan BIL sebagai bandara transit, kecuali menyampaikan potensi bandara tersebut sebagai bandara yang representatif.
     "Tidak wajib, tetapi kami paparkan potensi yang ada seperti bandara yang memiliki areal yang luas, kapasitas tampung penumpang yang cukup besar, dan potensi lainnya," ujarnya. 
     Ia menyebut kawasan BIL seluas 551 hektare, dengan landasan pacu 2.750 meter x 40 meter persegi sehingga mampu didarati pesawat Air Bus 330 dan beragam jenis Boeing 737 serta dapat menampung 10 unit pesawat.
     Berbeda dengan Bandara Selaparang Mataram yang luas arealnya hanya 28.881 meter persegi.
     Terminal penumpang BIL seluas 21 ribu meter persegi, atau empat kali lipat lebih luas terminal Bandara Selaparang Mataram yang hanya 4.796 meter persegi.
     Kapasitas tampung terminal penumpang BIL mencapai tiga juta setahun, dengan luas areal parkir 17.500 meter persegi. Berbeda dengan Bandara Selaparang Mataram yang hanya 7.334 meter persegi, dengan daya tampung penumpang sebanyak 800 ribu orang. (*)