HOTEL JAYAKARTA BERKOMITMEN LESTARIKAN BUDAYA SASAK

id

     Lombok Barat, 15/11 (ANTARA) - Manajemen pengelola Hotel Jayakarta di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, berkomitmen melestarikan seni dan budaya Sasak sebagai salah satu terobosan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini.

     "Seni dan budaya tidak bisa dipisahkan dari pariwisata. Mengapa pariwisata di Bali berkembang pesat. Salah satunya karena faktor seni dan budaya daerah itu tetap lestari," kata General Manager Hotel Jayakarta Eka Tumpa Raharja, di Lombok Barat, Selasa.

     Menurut dia, salah satu bentuk komitmen dalam upaya melestarikan budaya Sasak (nama etnis di Pulau Lombok) adalah dengan membangun contoh rumah adat suku Sasak di lingkungan hotel.

     Tujuannya, lanjut Eka, agar budaya asli suku Sasak tidak hilang akibat pengaruh modernisasi.

     Pembangunan contoh rumah adat suku Sasak diharapkan juga bisa menarik minat wisatawan berkunjung karena selama ini rumah adat tersebut hanya bisa dilihat di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah.

     "Contoh rumah adat Sasak yang akan dibangun hanya satu unit dulu. Nanti kita lihat bagaimana perkembangannya," ujarnya.

     Eka yang didampingi Sekretaris Hotel Jayakarta Astuti Dwijayanti, menilai, pelaku pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) perlu ikut berperan serta melestarikan seni dan budaya khas daerah karena mereka adalah pihak yang berkepentingan.

     Ia menyontohkan, pengelola hotel di Makassar, Sulawesi Selatan, sudah melaksanakan komitmennya melestarikan budaya daerah dengan menciptakan nuansa khas masing-masing kabupaten di setiap kamar hotel.

     "Bentuk budaya 16 kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, bisa di lihat di setiap kamar hotel," ujarnya.

     Ia juga menilai, pariwisata NTB bisa tumbuh dan berkembang terlebih dengan adanya Bandara Internasional Lombok (BIL) di Kabupaten Lombok Tengah. Hal itu bisa terwujud jika didukung oleh komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan keberadan bandara tersebut.

     Pemerintah NTB perlu terus melobi maskapai penerbangan lain terutama yang melayani penerbangan dari luar negeri yang selama ini masih belum ada.

     "Sejak dioperasikannya Bandara Internasional Lombok mulai 1 Oktober 2011, belum ada tambahan maskapai penerbangan dari yang sudah ada. Sriwijaya Air yang diharapkan juga sampai sekarang belum ada, demikian juga Air Asia belum ada titik terang, meskipun fokusnya untuk mengangkut para tenaga kerja Indonesia (TKI) asal NTB," katanya.

     Eka juga berharap agar seluruh komponen masyarakat bisa terus memelihara kondisi keamanan NTB yang makin kondusif karena stabilitas daerah adalah salah satu faktor pendukung kemajuan pariwisata, selain kelestarian budaya dan infrastruktur yang memadai. (*)