TPID-BI NTB memastikan harga sembako terjangkau menjelang Natal

id TPID NTB,BI Provinsi NTB,OPM

TPID-BI NTB memastikan harga sembako terjangkau menjelang Natal

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad FauziĀ (tengah), berdialog dengan pedagang bawang merah (kiri), di pasar tradisional Mandalika, Kota Mataram, Rabu (23/11/2022). ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Nusa Tenggara Barat bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB melakukan pemantauan pasar untuk memastikan ketersediaan sembilan bahan pokok (sembako) dan harganya terjangkau menjelang Natal dan Tahun Baru 2023.

Kepala Biro Ekonomi, Setda NTB, Lalu Wirajaya, di Mataram, Rabu, menjelaskan pemantauan stok dan harga di pasar tradisional tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi yang selalu dilaksanakan dengan Kementerian Dalam Negeri, dan TPID Pusat.

"Jadi tindak lanjut ini, kami turun lapangan untuk memastikan barang strategis yang tersedia di pasar-pasar, terutama yang menjadi sampel pengambilan inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS)," kata Wirajaya, saat memantau pasar tradisional Mandalika.


Ia menyebutkan pemantauan dilakukan di empat pasar tradisional di Kota Mataram, yakni pasar tradisional Mandalika, Pagesangan, Sindu Cakranegara, dan Kebon Roek Ampenan

Dari hasil pemantauan, kata Wirajaya, yang cenderung naik harganya adalah tomat dan bawang merah. Namun dari aspek ketersediaannya tidak ada masalah.

"Produksinya memang dipengaruhi oleh cuaca, informasi dari pedagang bahwa cuaca yang mempengaruhi tingkat produksi komoditas pertanian, khususnya tomat dan bawang merah," ujarnya.

Pihaknya juga memastikan bahwa para pedagang pengecer tidak mengambil keuntungan relatif tinggi. Hal itu berdasarkan pemantauan dan pengakuan sejumlah pedagang di pasar yang berbeda.

Rata-rata pedagang tomat mengambil keuntungan sebesar Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram (kg). Misalnya pedagang di pasar tradisional Pagesangan, ada pedagang yang mengambil tomat di pengepul dengan harga Rp15.000/kg, kemudian dijual kembali dengan harga Rp17.000/kg.

Artinya, kata dia, meskipun terjadi fluktuasi harga, tapi barangnya tersedia atau mencukupi, seperti bawang merah, cabai, tomat dan lainnya. Begitu juga dengan stok beras sangat tersedia hingga enam bulan ke depan sesuai informasi dari Perum Bulog NTB.

"Artinya dalam menghadapi Natal dan tahun baru ke depan ketersediaan pangan sangat tersedia di NTB, dan harganya juga masih relatif terjangkau," ucap Wirajaya.


TPID NTB bersama Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB juga terus melakukan intervensi pasar melalui operasi pasar murah (OPM) yang bertujuan menjaga kestabilan harga komoditas pangan, sehingga masyarakat bisa membeli kebutuhannya dengan harga terjangkau.

Menurut Wirajaya, OPM yang digelar sejak Oktober 2022 tersebut cukup membantu dalam menekan inflasi kelompok volatile food dari 8 persen turun menjadi 7 persen saat ini.

"Tetapi kita juga harus realistis, bahwa komponen penyumbang inflasi bukan hanya volatile food, tapi ada administered prices yang memang kebijakan pusat dan itu masih tinggi bobotnya," katanya.

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi menambahkan inflasi di NTB pada Oktober 2022 sebesar 6,57 persen (YoY). Sedangkan arahan Kementerian Dalam Negeri, inflasi harus berada di kisaran 5 persen.

Oleh sebab itu, pihaknya melakukan operasi pasar murah kebutuhan pokok di empat pasar tradisional di Kota Mataram, yang bertujuan untuk pengendalian harga.

"Kami ingin harga tomat dan bawang merah kembali lagi ke harga normalnya. OPM akan dilakukan terus sampai harga normal kembali," ucap Achmad Fauzi.