Teknologi modifikasi cuaca berhasil menurunkan hujan di Riau

id teknologi modifikasi cuaca,hujan buatan,karhutla riau,TMC

Teknologi modifikasi cuaca berhasil menurunkan hujan di Riau

Ilustrasi. Lanud Raden Sadjad (Lanud RSA) saat persiapan melakukan penaburan garam di langit Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) dalam melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menggunakan pesawat TNI AU Casa C-212-200 nomor registrasi A-2103 di Natuna, Selasa (14/3/2023). (ANTARA/HO-Dispen Lanud RSA)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan kegiatan teknologi modifikasi cuaca untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan telah membuahkan hasil pada area penyemaian awan di Riau.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Thomas Nifinluri dalam keterangan di Jakarta, Minggu, mengatakan hujan pada area penyemaian awan terpantau terus terjadi. "Selain penambahan curah hujan, tinggi muka air tanah gambut di beberapa stasiun observasi juga menunjukkan tren yang terus naik secara signifikan dengan rata-rata kenaikan 15 centimeter. Beberapa kondisi tersebut dapat menjadi indikator keberhasilan TMC di Riau sejauh ini," ujarnya.

Thomas menuturkan intensitas hujan terus terjadi pada wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan di Riau selama periode 10-18 Agustus 2023. Menurutnya, signifikansi hasil operasi teknologi modifikasi cuaca dapat dipantau dari penurunan titik api di Riau. "Dalam satu pekan terakhir, titik panas panas dengan confidance level lebih dari 80 persen terpantau nihil," kata Thomas.

Pemerintah menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca dengan berfokus menyemai awan pada wilayah-wilayah rawan di Riau, sampai 21 Agustus 2023. KLHK dan para pihak terus berupaya mengoptimalkan potensi pertumbuhan awan yang ada di wilayah tersebut.

Sebanyak 14 sorti penerbangan penyemaian awan telah menghabiskan bahan semai sebanyak 11.200 kilogram hingga 18 Agustus 2023. Hujan selalu terjadi pada area penyemaian awan dengan akumulasi intensitas bervariasi antara 80-150 milimeter per sembilan hari.

"Kami harapkan semua stakeholders terkait dapat terus bersinergi dalam kegiatan itu, sehingga keselamatan dan tujuan utama misi teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan dapat tercapai,” kata Thomas.

Baca juga: Ahli lingkungan jelaskan peluang keberhasilan operasi teknologi modifikasi cuaca
Baca juga: BMKG imbau masyarakat panen hujan untuk mitigasi


“Kejadian kebakaran hutan dan lahan sangat penting untuk diantisipasi agar tidak mengganggu kesehatan, transportasi, dan ekonomi masyarakat di Riau. Selain itu, penting bagi kita untuk mengendalikan kebakaran hutan dan lahan mengingat masih ada acara yang merupakan kegiatan tidak terpisahkan dari rangkaian KTT dalam periode Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023,” imbuhnya.