BMKG imbau masyarakat panen hujan untuk mitigasi

id bmkg,kemarau kering,fenomena el nino,mitigasi kemarau,teknologi modifikasi cuaca,hujan buatan,memanen air hujan

BMKG imbau masyarakat panen hujan untuk mitigasi

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menerima kunjungan Menkopolhukam Mahfud MD dan Menteri KLHK Siti Nurbaya di ruang monitoring Climate Early Warning BMKG yang melakukan monitoring iklim untuk mendukung pengendalian Karhutla, di Jakarta, Rabu (25/1/2023). ANTARA/HO-BMKG/am.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk memanen air hujan yang turun sebagai langkah memitigasi kemarau kering yang diprediksi terjadi sepanjang tahun ini.

"Mulai saat ini mumpung hujannya masih ada, kami sampaikan agar seluruh pihak dan seluruh masyarakat berupaya bersama dengan pemerintah daerah memanen air hujan," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Dwikorita menjelaskan fenomena El Nino lemah yang terjadi tahun ini menyebabkan kondisi kemarau yang lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir. Situasi itu bisa mengakibatkan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sehingga pencegahan harus dilakukan sejak dini sebagai bentuk antisipasi.

Menurutnya, air hujan yang telah turun sejak tahun lalu sampai sekarang jangan langsung dialirkan ke sungai dan laut, tetapi dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memenuhi waduk, embung, dan kolam-kolam. BMKG telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan modifikasi cuaca saat terjadi kemarau kering.

Baca juga: Info BMKG : Hujan ringan hingga lebat guyur sebagian Indonesia
Baca juga: Info BMKG: Hujan diprakirakan mayoritas kota besar di Indonesia


Teknologi modifikasi cuaca itu dilakukan dengan menyemai garam bila awan hujan sudah berada dekat waduk, sehingga hujan segera turun masuk ke dalam waduk. "Waduk-waduk diisi penuh jangan sampai awannya lewat saja, sehingga kalau turun nanti membanjiri tempat lain. Tetapi mumpung mendekat ke waduk (hujan) dipaksa turun, sehingga saat turun jatuhnya tepat masuk ke danau agar bisa disimpan," kata Dwikorita.

"Jadi, konsepnya adalah menyimpan dan menampung air hujan yang diperlukan saat nanti kita kekurangan air," imbuhnya. Lebih lanjut ia menyarankan sebaiknya selama musim kemarau kelak masyarakat ataupun pemangku kepentingan lainnya bisa mengoptimalkan air permukaan, bukan air tanah. Cara itu bisa dilakukan oleh komunitas masyarakat terutama di desa-desa.

"Saya lihat sendiri di desa-desa mereka melakukan pemanenan air hujan. Ada yang membuat bendungan, sehingga airnya bisa dikumpulkan di situ, ada pintu airnya, kalau berlebih dilepas untuk irigasi. Nanti kalau kemarau sudah nggak ada hujan kita sudah punya tabungan (air)," ujar Dwikorita.*