Stikes Papua Sorong menerima mahasiswa pertukaran 40 orang

id Mahasiswa Pertukaran, Stikes Papua-Sorong, Papua Barat Daya

Stikes Papua Sorong menerima mahasiswa pertukaran 40 orang

Ketua STIKES Sorong Marthen Sagrim saat diwawancara di Sorong, Sabtu (7/10) (ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu)

Sorong (ANTARA) - Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Papua-Sorong, Provinsi Papua Barat Daya pertama kali menerima pertukaran mahasiswa sebanyak 40 orang pada 2023 yang berasal dari 27 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia guna mengenyam pendidikan di kampus itu.

Ketua STIKES Sorong Marthen Sagrim di Sorong, Minggu, menjelaskan kesempatan sebagai kampus bagi mahasiswa pertukaran ini merupakan kepercayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) memilih kampus Stikes Papua-Sorong untuk menjadi salah satu wadah pendidikan bagi 40 mahasiswa yang berasal dari 27 perguruan tinggi.

"Di 2023 ini atas ijin Kemendikbud RI kita berkesempatan menjadi kampus bagi mahasiswa pertukaran," jelasnya.
 
Dia menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbud RI yang telah memberikan kepercayaan ini. Karena di Papua Barat Daya hanya dua kampus yang menjadi kampus bagi pertukaran mahasiswa yakni Stikes Papua-Sorong dan Universitas Muhammadiyah Sorong. "Ini satu kebanggaan kita sebagai penyelenggara kampus di Sorong, Papua Barat Daya," ucap dia.

Mahasiswa pertukaran itu, sebut dia, telah mengikuti proses kuliah sejak 4 September 2023 hingga Februari 2024, barulah mahasiswa pertukaran itu kembali ke kampus masing-masing yang tersebar di 27 kampus di Indonesia. "Jadi 40 mahasiswa itu akan mengikuti pendidikan di Kampus Stikes Papua-Sorong selama enam bulan ke depan," ujar dia.

Mahasiswa pertukaran itu tidak hanya hanya berasal dari program studi kesehatan seperti prodi (program studi) keperawatan, prodi kesehatan masyarakat, prodi laboratorium medik, tapi ada juga prodi pertanian, prodi kesehatan olah raga dan prodi hukum. Tujuan dari mahasiswa pertukaran itu tidak lain adalah, kata dia, meningkatkan pemahaman mahasiswa pada keberagaman suku, agama, ras, dan antargologan (SARA) dan semangat persatuan.

Kemudian mengembangkan perjumpaan dan dialog intensif dalam keberagaman dan sikap saling memahami sehingga tercipta penguatan persatuan. Memperluas dan/atau memperdalam pengetahuan akademis mahasiswa.

Baca juga: Unand menegaskan kasus pelecehan seksual pelajaran bagi mahasiswa
Baca juga: Kemnaker meminta mahasiswa kembangkan kompetensi


"Kita berharap setelah mahasiswa mengikuti selama enam bisa memberikan manfaat banyak hal, baik dari peningkatan sisi pendidikan, tetapi juga hal lain seperti karakteristik budaya, agama dan suku bisa nantinya memperkaya diri mereka ke depan," harap dia.