Mataram (ANTARA) - Musim tanam padi di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat mundur dampak pengaruh El-Nino sehingga berpengaruh pada rendahnya intensitas curah hujan.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Pemerintah Provinsi NTB, Fathul Gani membenarkan kalau di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Lombok Timur bagian selatan hingga kini belum bisa menanam padi.
"Yang mundur hanya di beberapa lokasi, khususnya Lombok Timur bagian selatan. Kalau yang lain tetap sudah mulai menanam," ujarnya di Mataram, Selasa.
Baca juga: Musim tanam padi di Lombok Tengah mulai
Ia mengatakan berdasarkan informasi BMKG, intensitas curah hujan di NTB baru mencapai 48 persen di awal Januari ini.
"Ada beberapa kecamatan di Lombok Timur seperti Sakra, Jerowaru, dan Keruak belum bisa menanam. Tapi untuk wilayah-wilayah ini tetap kita pantau," kata Fathul Gani.
Fathul mengakui di wilayah Kabupaten Lombok Timur bagian selatan selama ini memang tidak terjangkau aliran irigasi teknis Bendungan Pandanduri, karena daerah tersebut merupakan daerah tadah hujan sehingga saat musim tanam sangat tergantung dengan air hujan.
"Makamya dari BMKG sudah memberikan gambaran hujan yang merata di NTB terjadi kapan. Kalau untuk daerah lain, seperti Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah sudah menanam. Begitu juga di Pulau Sumbawa," terangnya.
Baca juga: Pemkab Lombok Tengah menyediakan bantuan benih padi musim tanam 2023
Namun demikian, lanjut Fathul, untuk Kabupaten Lombok Timur tidak semua wilayahnya mundur menanam padi. Karena di beberapa tempat sudah menanam.
"Lombok Timur sesungguhnya sudah mulai menanam, tapi itu sebagian di wilayah utara, sehingga daerah yang sudah menanam pada bulan Maret atau April sudah bisa memanen," terangnya.
Menurut dia, meski di beberapa wilayah Kabupaten Lombok Timur belum bisa menanam, namun hal itu tidak sampai mempengaruhi target produksi padi di NTB.
"Bagi kami, daerah-daerah yang sudah menanam padi target kita akhir bulan Maret atau April sudah panen. Sehingga target kita 1,6 juta ton gabah kering giling (GKG) bisa terwujud di NTB," ujarnya.
Fathul berharap curah hujan di NTB ini sudah bisa kembali normal. Pasalnya, luas-an lahan pasti akan berpengaruh karena.
"Baru kelihatan hasil panen itu pada bukan Maret dan April. Jadi kalau daerah dialiri air bisa menanam empat kali," katanya.
Baca juga: 1.106 hektare lahan di Lombok Utara siap ditanami padi
Baca juga: Luas tanam padi di Loteng ditargetkan 25 ribu hektare
Diketahui BMKG Stasiun Klimatologi NTB memprediksi wilayah NTB masih dilanda El-Nino hingga awal 2024.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Cakra Mahasurya Atmojo Pamungkas mengakui bahwa wilayah NTB masih dilanda El Nino sampai awal 2024.
"Kami memprediksi El Nino akan menurun pada Maret - April," ujar Cakra.
Saat ini, kata Cakra, baru 48 persen wilayah NTB yang diguyur hujan, sedangkan sisanya belum masih belum turun hujan. Tetapi pihaknya memprediksi probabilitas hujan akan semakin meningkat pada Januari - Februari ini.
Cakra menambahkan berkurangnya curah hujan di wilayah NTB pada Desember 2023 akibat pengaruh tekanan rendah di Laut China Selatan.
"Selain itu juga akibat pengaruh menguat-nya Monsun Australia," katanya.
Baca juga: 1.106 hektare lahan di Lombok Utara siap ditanami padi
Baca juga: Petani Mataram masih aman tanam padi di musim kemarau