Kiprah perempuan Papua kian terbuka di ruang publik

id kiprah,perempuan papua,ruang publik Oleh Evarukdijati

Kiprah perempuan Papua kian terbuka di ruang publik

Mama-mama Papua berjualan hasil kebunnya di pasar. ANTARA/HO/Dokumentasi

Jayapura (ANTARA) - Peran perempuan, termasuk perempuan asli Papua, kini terus bersinar karena mereka berani berkiprah dan mengambil tanggung jawab di berbagai bidang di luar ruang domestik.

Awalnya memang tidak mudah bagi perempuan Papua untuk membuktikan kemampuan yang dimiliki akibat kurangnya dukungan keluarga dan adat. Keduanya masih beranggapan bahwa perempuan hanya bertugas di rumah saja .

Namun saat ini sekat itu sudah tidak lagi menjadi penghalang bagi perempuan untuk berkarya untuk membuktikan kemampuan dalam dalam berkarir seperti halnya kaum pria, kata Nerlince Wamuar Rollo.

Rollo, perempuan Papua yang saat ini menjabat Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), mengaku  sudah tidak ada penghalang bagi perempuan Papua untuk mengejar karier mereka.

Memang sudah tidak ada lagi batasan atau penghalang bagi perempuan Papua untuk mengembangkan potensi dirinya, namun saat berada di kampung dia tetap harus kembali mengemban tugas sebagai seorang perempuan.

"Saya pribadi mengalami hal itu, saat mengemban tugas sebagai Ketua MRP makabisa berbicara sesuai kapasitasnya. Namun ketika berada di kampung maka saya hanya seorang ibu dan istri yang hanya bisa menyampaikan usul atau saran bila diminta," katanya.

 

Kendati demikian, batasan sosial itu tidak membuatnya berkecil hati karena dirinya menyadari eksistensinya yang berada di kampung yang masih kuat memegang adat.

Kewajiban sosial itu harus ditaati dan tidak membuatnya berkecil hati karena tanpa dukungan mereka, perempuan tidak bisa berkarier dan menduduki jabatan prestisius.

Tidak mudah bagi perempuan untuk tetap berkarier di luar rumah sekaligus menjadi ibu serta istri karena benar-benar harus dapat membagi waktu dan menempatkan diri di lingkungan masing-masing.

Apalagi saat ini pria asli Papua (OAP) juga sudah membuka diri dan menerima bila pasangannya berkarier dan menduduki jabatan publik.

"Otonomi khusus sendiri juga memberikan dukungan dan perlindungan kepada perempuan Papua sehingga tidak ada alasan bila kaum perempuan tidak mau mengembangkan diri dan meraih apa yang menjadi impiannya.


Adat tak lagi jadi hambatan

Dosen Fakultas Ilmu Politik Universitas Cenderawasih Hiskia Sapioper mengakui bahwa apa yang dicapai perempuan Papua dalam meniti karier tidak lepas dari peran R.A. Kartini yang berjuang di zamannya agar perempuan Indonesia bisa sejajar dengan pria dan berkarier di berbagai bidang.

Episode zaman penuh tantangan itu sudah berlalu dan saat ini semua perempuan Indonesia, termasuk Papua, dapat menunjukkan kemampuannya di berbagai bidang yang digelutinya.

Adat kini tidak lagi menjadi hambatan bagi perempuan khususnya OAP dalam berkarier dan menggapai cita-citanya. Sekat-sekat sosial dan adat kini merenggang dan membuka jalan bagi setiap perempuan untuk berkarya.

Oleh karena itu, perempuan Papua saat ini dapat terus mengejar impiannya seperti halnya perempuan lainnya di Indonesia dan di dunia .

Adat tidak lagi menjadi penghalang bagi mereka yang ingin meraih cita-citanya, namun kaum perempuan diminta tetap ingat akan tanggung jawab dan perannya sebagai istri dan ibu.

"Perempuan jangan pernah lupa akan kodratnya.  Walaupun di luar rumah dia adalah pimpinan, saat pulang ke rumah dirinya tetap adalah ibu dan istri bagi suami serta anak-anaknya," kata Hiskia.

Dosen S-1 dan S-2 Jurusan Administrasi Publik Uncen itu mengakui, sebagai laki-laki Papua, dirinya bangga melihat perempuan Papua saat ini berkarier di bidang-bidang yang sebelumnya hanya didominasi laki-laki seperti pilot.

Apa yang diraih mereka yang saat ini menjadi pilot membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil diraih bila seseorang bersungguh-sungguh ingin mencapainya.

Karena itu perempuan Papua harus mampu  membuktikan kapasistasnya dengan meraih dan menempati jabatan-jabatan prestise.

"Saya sebagai laki-laki Papua sangat bangga dengan apa yang telah dicapai perempuan Papua dan berharap akan lebih banyak lagi yang tampil dan memimpin," kata Hiskia Sapioper .

Dukungan keluarga

Penjabat Asisten II Sekda Papua Suzana Wanggai, misalnya, mengaku bahwa apa yang dicapai saat ini berbeda dengan cita-cita saat masih anak-anak.

Pencapaian yang saat ini diraih jauh dari cita-citanya saat masih kecil, yakni ingin menjadi guru -- walaupun sempat dilakukan saat masih di bangku kuliah, bahkan ia juga pernah mengajar di salah satu perguruan tinggi di Jayapura.

Butuh kerja keras dan dukungan terutama keluarga hingga dirinya beserta adik-adiknya bisa mencapai posisi ini.

"Almarhum ayah saya selalu berpesan agar sesama saudara untuk saling membantu dan itu yang terus kami tanamkan," kata Susi, panggilan akrab Suzana Wanggai.

Terkait potensi perempuan Papua, Susi mengaku tidak kalah dengan perempuan lain di Indonesia.

Saat ini perempuan Papua sudah membuktikan dirinya mampu sejajar dengan laki-laki di segala bidang sehingga ke depan diharapkan tidak ada keraguan atas kemampuan yang dimilikinya.

Bila diberi kesempatan, perempuan mampu memberikan karya puncaknya, baik secara pribadi sebagai pekerja juga sebagai ibu dan istri bagi anak dan suaminya.

Kesempatan menunjukkan kapasitas diri setiap perempuan yang terbuka saat ini hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh kaum Hawa, apa pun bidang yang digelutinya.

Jangan pernah ragu atau merasa tidak mampu, apalagi merasa rendah diri, karena setiap insan diberi kepintaran oleh Tuhan.

"Jadi, gunakan kemampuan yang dimiliki dan buktikan bahwa kaum perempuan Papua juga mampu seperti halnya perempuan Indonesia lainnya," tegas Susi.
.