Rusia tuduh Barat hasut konflik di Ukraina

id Rusia,Negara Barat,Ukraina

Rusia tuduh Barat hasut konflik di Ukraina

Arsip - Warga negara asing mengikuti kegiatan peringatan dua tahun invasi Rusia ke Ukraina di Kantor Konsulat Kehormatan Ukraina, Denpasar, Bali, Sabtu (24/2/2024). Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengenang para korban selama dua tahun invasi Rusia ke Ukraina sekaligus sebagai bentuk solidaritas warga komunitas Ukraina di Bali yang berharap perang tersebut dapat segera berakhir. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/YU

Moskow (ANTARA) - Negara-negara Barat telah melakukan upaya penghasutan dan sengaja menghalangi resolusi konflik di Ukraina, kata Menteri Pertahanan Rusia Andrey Belousov pada Rabu.

Berbicara pada pertemuan Dewan Menteri Pertahanan Persemakmuran Negara-Negara Independen (CIS) di Ibu Kota Belarus, Minsk, Menhan Belousov berpendapat bahwa Barat menggunakan ideologi neo-Nazi di Ukraina untuk menghasut nasionalisme dalam bentuk yang paling ekstrem untuk memecah belah warga Rusia dan Ukraina, yang disatukan oleh sejarah selama berabad-abad.

“Saya ulangi kembali bahwa pihak Barat yang mempersiapkan sekaligus memprovokasi krisis Ukraina, dan kini mereka sengaja menunda (resolusi),” katanya. Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina sejak Februari 2022.

Terkait situasi di perbatasan CIS, Belousov menggambarkannya sebagai "tegang" dan "tidak stabil".

“Di tengah ketidakstabilan global dan situasi yang kian memanas di sepanjang perbatasan luar CIS, kami mementingkan peningkatan mekanisme perlawanan bersama terhadap tantangan dan ancaman baru dan yang sudah ada. Ini adalah salah satu prioritas kami,” katanya menegaskan.

Baca juga: Dubes harap pemain besar industri Indonesia berinvestasi di Ukraina
Baca juga: Rusia serang pangkalan udara Ukraina


Mengacu pada pentingnya memperbarui arsitektur keamanan di Eurasia, Belousov mengundang peserta lain untuk membahas pembentukan sistem keamanan yang akan mencakup seluruh negara Eurasia.

CIS adalah sebuah organisasi internasional untuk kerja sama antara sejumlah negara yang dulunya menjadi bagian dari Uni Soviet.

Sumber: Anadolu