Jakarta (ANTARA) - Kampanye LALIGA VS Racism semakin gencar setelah memasuki edisi keempat, yang bertepatan dengan Hari Internasional Penghapusan Diskriminasi Rasial pada 21 Maret.
Kampanye ini juga bermaksud untuk mengajak masyarakat untuk berperan aktif melawan rasisme di sepak bola dan kehidupan sehari-hari baik di dalam dan di luar lapangan.
“LALIGA bersama dengan EA SPORTS, memiliki komitmen yang kuat untuk memerangi rasisme. Kami tidak hanya melakukan kampanye ini selama empat tahun berturut-turut, tetapi kami juga memiliki strategi hukum dan keamanan yang intensif untuk mengakhiri masalah ini. Di LALIGA, kami tidak menoleransi rasisme dan tujuan kami adalah memberantas semua jenis kekerasan di dalam dan di luar stadion,” kata delegasi LALIGA di Indonesia Almudena Gomez, dalam keterangan resminya, Jumat.
Kampanye ini terasa hingga Indonesia dengan kegiatan Fun Football yang diikuti oleh 30 jurnalis dari berbagai media pada Rabu (19/3) malam di Jakarta. Kegiatan ini membuktikan bahwa perbedaan media, agama, dan status tidak memengaruhi persahabatan, hal ini selaras dengan visi LALIGA yang mengedepankan inklusi dan keberagaman.
Pada kegiatan ini, para pemain juga menggunakan bola pertandingan resmi PUMA Orbit, yang dirilis sebagai edisi khusus untuk kampanye LALIGA VS Racism.
“Saya sangat mengapresiasi adanya acara Fun Football ini, yang menegaskan komitmen LALIGA dalam melawan rasisme. Kegiatan ini menjadi simbol bahwa berbagai media, mulai dari televisi, media online, hingga radio, dapat bersatu dalam satu tujuan. Apa yang dulunya hanya berinteraksi di lapangan kini bisa berubah menjadi bermain sepak bola bersama,” kata perwakilan media Diego Basro dari CNN Indonesia TV.
Sejak musim 2015/2016, LALIGA telah melaporkan semua kekerasan dan pelecehan yang terjadi di dalam dan di luar stadion kepada Komisi Negara Anti kekerasan, rasisme, Xenofobia dan Intoleransi dalam Olahraga, dan juga kepada Komite Kompetisi RFEF.
Dalam laporan ini, ada beberapa hal yang disoroti yaitu pada Juni 2024 tiga pelaku pelecehan rasial terhadap Vinicius Jr dalam pertandingan Valencia CF melawan Real Madrid dijatuhi hukuman delapan bulan penjara, larangan stadion dua tahun, dan denda hukum, menjadi hukuman pertama di Spanyol terkait pelecehan rasial dalam sepak bola.
Baca juga: Marc Casado terancam absen hingga akhir musim
Pada September 2024, pelaku penghinaan rasial terhadap Vinicius Jr dan Samuel Chukwueze dijatuhi hukuman enam bulan penjara per pelanggaran dan larangan stadion selama 18 bulan dan pada 25 Februari 2025, seorang penggemar yang melecehkan Carlos Akapo di pertandingan Granada CF melawan Cadiz CF pada Februari 2022 dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan larangan stadion 14 bulan.
Baca juga: Kylian Mbappe bawa Real Madrid ke puncak klasemen
Beberapa kasus yang terjadi ini telah menjadi sebuah preseden hukum mengenai konsekuensi pidana atas perilaku rasis. Kampanye VS Racism kali ini melanjutkan inisiatif-inisiatif sebelumnya, seperti Unity VS Racism, Together VS Racism, dan #1voiceVSRACISM, yang terus memperkuat komitmen untuk memerangi rasisme di sepak bola dan kehidupan sehari-hari.
Pada edisi keempat ini, LALIGA juga bekerja sama dengan EA Sports FC dan seniman urban SUSO33. Melalui karya seninya yang bertajuk 'Melting Pot of Cultures' Ia menunjukkan bagaimana sepak bola dan seni urban menjadi bahasa universal yang bisa mendorong dialog serta rasa hormat di antara budaya yang berbeda.