PERMINTAAN KANGKUNG LOMBOK MENINGKAT TAJAM

id

          Mataram, 23/9 (ANTARA) - Pedagang kangkung di Lombok, khususnya Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menangguk rezeki seiring meningkatnya permintaan konsumen yang cukup tinggi pada tiga hari setelah Idul Fitri 1430 Hijriah.

         Seorang pedagang kangkung, di pasar tradisional Dasan Agung Mataram, Rohanik, Rabu, mengaku omzet penjualannya mengalami peningkatan sejak sehari setelah Lebaran karena tingginya minat masyarakat membeli komoditi tersebut.

         "Usai Lebaran, hasil penjualan saya bisa mencapai Rp250.000 meningkat dibandingkan sebelum Lebaran yang hanya Rp150.000," ujarnya.

         Ia menduga, meningkatnya permintaan kangkung karena konsumen butuh alternatif lain setelah dalam masa Idul Fitri banyak mengkonsumsi daging sapi ataupun daging ayam.

        Apalagi, lanjutnya, kangkung merupakan bahan untuk menu pelecing yang digemari dan bahkan menjadi santapan sehari-hari masyarakat setempat.

        Pelecing kangkung adalah menu semacam urap berbahan baku kangkung yang disertai tauge dan kelapa yang diberi sambal.

        Dengan tingginya permintaan konsumen, para pedagang menaikkan harga jual sayur kangkung dari Rp2.000 per tiga ikat menjadi Rp2.500.

         Hal senada juga diutarakan Inak Timah, ia megaku meraup keuntungan yang lumayan untuk menambah pendapatan keluarga dari menjual kangkung kali. Keuntungan yang diperolehnya bisa mencapai Rp75.000 setiap kali berjualan.

         Para warga di Kelurahan Dasan Agung memanfaatkan aliran air Kali Jangkuk yang tidak terlalu deras untuk budidaya kangkung guna menambah pendapatan keluarga.    

    Selain menjual kepada warga yang ada di perkampungan, kangkung yang ditanam di Kali Jangkuk tersebut juga dipasarkan ke beberapa pasar tradisional di Kota Mataram.

         Selain kangkung Kali Jangkuk, Kota Mataram juga memiliki sentra budidaya sayur kangkung untuk varietas Gomong dan Aini, di Pesongoran, Kelurahan Pagutan.

         Menteri Pertanian telah mengukuhkan kangkung air dari Pulau Lombok yang diberi nama "Aini" dan "Gomong" sebagai varietas unggul melalui SK Mentan masing-masing Nomor: 258/Kpts/Tp.240/4/2002 dan Nomor: 269/KptsTp.240/4/2002, tertanggal 12 April 2002.

         Pengukuhan tersebut berdasarkan usul dan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian.

         Kangkung air "Aini" dan "Gomong" yang kualitasnya sama, ciri-ciri keandalannya antara lain tekstur daun berserat halus, rasa setelah dimasak baik daun maupun batangnya enak, lunak, renyah, tidak berlendir, dengan panjang stek pucuk 40 - 50 cm.

         Luas lahan tanaman kangkung di Kota Mataram tercatat sekitar  25 hektar (ha) dengan jumlah produksi mencapai 347 ton per bulan atau 11,58 ton per hari.

         Kangkung dari Pulau Lombok juga dipasarkan di pasar swalayan yang ada di kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta dan Surabaya dengan harga cukup tinggi dibandingkan dengan harga di Kota Mataram.(*)