Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan puluhan hektare sawah di kota ini rawan mengalami kekeringan saat musim kemarau panjang.
"Persawahan yang rawan kekeringan itu rata-rata berada di bagian utara Kota Mataram dari ujung Ampenan hingga ke Cakranegara," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Selasa.
Dikatakannya, dari puluhan hektare lahan pertanian di bagian utara, prioritas titik rawan kering ada di kawasan Rembige dan Sayang-Sayang dengan luas sekitar 10 hektare.
Namun demikian, lanjutnya, kondisi rawan kekeringan di Kota Mataram tidak seperti di daerah-daerah lain yang lahannya tidak bisa sama sekali digarap apalagi untuk bercocok tanam.
"Rawan keringnya persawahan di Mataram, masih bisa untuk menanam palawija karena untuk palawija hanya membutuhkan air sekali aja," katanya.
Oleh karena itu, kata Mutawalli, meskipun Mataram memiliki kawasan rawan kering tetapi hingga saat ini belum ada petani yang mengalami gagal panen akibat kekeringan pada setiap musim kemarau panjang di kota ini.
Di sisi lain, katanya, untuk mengantisipasi musim kemarau panjang, setiap tahunya Dinas Pertanian memberikan bantuan berupa pembuatan sumur dangkal untuk kelompok tani yang berada di kawasan rawan kekeringan termasuk mesin sedor air.
Jumlah bantuan sumur dangkal tersebut sampai saat ini sudah mencapai ratusan karena setelah diberikan juga kepada kelompok tani lainnya tetapi tetap diprioritaskan untuk petani yang pada lahan rawan kekeringan.
"Untuk tahun ini kami ada anggaran Rp400 juta untuk pembuatan bantuan sumur dan mesin sedot yang saat ini dalam tahap proses pengadaan," ujarnya.
Menurutnya, berdasrakan data itu terakhir bulan Agustus 2018 dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyebutkan lahan pertanian Mataram saat ini tersisa sekitar 1.500 hektare.
Data BPN ini lebih rendah dari data sisa lahan pertanian berdasarkan kelompok tani dan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram. Karena berdasarkan data dari kelompok tani Mataram lahan pertanian di Kota Mataram saat ini tersisa sebanyak 1.888 hektre. Sementara berdasarkan data foto satelit Bappeda tahun 2016 tercatat 1.600 hektare.
"Jadi yang kami gunakan data dari BPN, karena merupakan data terbaru," ujarnya.
Ia mengatakan, jumlah lahan pertanian di Kota Mataram dari tahun ke tahun terus menurun. Hal itu disebabkan tingginya aktivitas alih fungsi lahan. Dimana aktivitas alih fungsi lahan hingga akhir tahun ini tercatat sekitar 41 hektare.
"Tapi, kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, alih fungsi lahan tahun ini relatif rendah karena belum ada pengesahan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)," katanya.
Berita Terkait
Optimalisasi pangan lokal bisa jadi solusi hindari buka lahan
Kamis, 7 November 2024 20:48
Mabar minta penyuluh pertanian amati OPT tanaman padi sawah
Jumat, 1 November 2024 6:35
Cetak sawah baru bisa wujudkan swasembada pangan
Kamis, 31 Oktober 2024 5:00
Anggaran Rp10 miliar untuk perbaikan sawah rusak di Sumbar
Rabu, 30 Oktober 2024 12:49
Mataram atasi kekurangan air sawah dengan bantuan mesin pompa
Jumat, 4 Oktober 2024 16:10
Sebanyak 1.003 pompa tersalurkan di Riau perluasan areal tanam
Kamis, 3 Oktober 2024 7:06
Pengusaha Tionghoa sukseskan program cetak sawah
Minggu, 29 September 2024 6:35
Kementan pastikan program cetak sawah lancar
Selasa, 27 Agustus 2024 7:51