Padang (ANTARA) - Sebanyak 159 korban Kerusuhan Wamena, Jayawijaya, yang pulang ke Sumatera Barat terdata sebagai anak usia sekolah yang harus segera dipenuhi haknya untuk mendapatkan akses belajar.
"Data sementara itu ada 159, tetapi belum ada rincian berapa yang TK, SD, SMP maupun SMA. Tapi yang pasti mereka semua pasti akan mendapatkan haknya untuk sekolah," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Padang, Kamis.
Ia menyebut akan mendata kembali secara lebih rinci anak-anak usia sekolah yang menjadi korban itu. Bantuan untuk mereka diharapkan datang dari pemerintah daerah.
Sebagian besar dari anak-anak itu berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan dan telah mendapatkan pelayanan yang baik. Sebagian telah mulai sekolah meski ada yang belum punya seragam.
Ia meminta pihak kabupaten/kota dan sekolah memberikan kemudahan bagi anak-anak itu sehingga bisa melanjutkan belajar. Persyaratan administrasi akan diurus kemudian, karena ini sifatnya darurat.
Sementara itu bantuan untuk korban Wamena yang pulang ke Sumbar terus mengalir dari masyarakat yang peduli. Terakhir bantuan datang dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Sumbar sebesar Rp31 juta.
Bantuan itu diperkirakan akan terus bertambah karena pengumpulan masih terus dilakukan.
Selain memberikan bantuan MKKS SMP Sumbar itu juga untuk berdiskusi terkait pendidikan dengan Wakil Gubernur Nasrul Abit. Dalam kesempatan itu disampaikan sekolah SMP bersedia menerima anak-anak korban kerusuhan Wamena itu untuk sementara.
Sebanyak 702 orang perantau Sumbar yang terkena imbas rusuh Wamena telah dibantu pulang hingga kampung halaman oleh berbagai pihak, diantaranya ACT dan Pemprov Sumbar.
Dari ratusan orang itu, belum ada yang menyatakan keinginan untuk kembali merantau ke Bumi Cendrawasih. Namun hal itu bisa saja terjadi jika kondisi di Wamena sudah kembali kondusif.