Jayapura (ANTARA) - Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Yapis Wamena mengalami kerugian sebesar Rp 23 miliar akibat kerusuhan yang terjadi Senin (23/9) lalu di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.
Ketua STISIP Yapis Wamena Rudi Hartono Usmail saat dihubungi ANTARA dari Jayapura, Senin mengakui, saat insiden terjadi pendemo membakar 22 ruang kelas beserta isinya.
"Bahkan kendaraan yang terparkir halaman juga dibakar. Akibatnya saat ini aktivitas perkuliahan belum dapat dilakukan," katanya.
Insiden yang dialami itu, katanya, menyebabkan para dosen -- terutama yang wanita ketakutan -- karena mereka sempat menyaksikan sebelum kampus yang beroperasi sejak 2003 dibakar.
Ia mengemukakan bahwa belum diketahui dengan pasti kenapa kampus yang sudah menghasilkan sekitar 2.000 lulusan itu dibakar.
“Hanya gedung rektorat yang tidak dibakar, ” katanya .
Diakuinya bahwa insiden yang dialami kampusnya sudah dilaporkan ke Kopertis dan rencananya Kamis (10/10) insiden itu dilaporkan langsung ke Dirjen Dikti Kemenristekdikti.
Saat ini, kata Rudi Hartono Usmail, STISIP Yapis terpaksa menyewa ruangan di pusat perbelanjaan di Wamena dan para dosen beserta karyawan sedang melakukan pendataan.
"Belum dapat dipastikan kapan perkuliahan di STISIP akan dimulai lagi," katanya.
Sementara itu, Maskur Adam, salah satu dosen STISIP Yapis Wamena mengaku dari rekaman CCTV terungkap pelaku pembakaran adalah mahasiswa STISIP sendiri.
"Kami sudah melaporkannya ke aparat keamanan dan bersyukur tidak ada dosen yang terluka walaupun sekitar 15 orang sempat terjebak di kampus sebelum diamankan polisi dengan menggunakan truk," katanya.
“Insiden Senin (23/9) seakan mengulang kembali insiden 19 tahun yang lalu namun ini lebih sadis karena banyak yang meninggal dan luka-luka serta pembakaran dan pengrusakan rumah warga ,” demikian Maskur Adam.