Kisah sukses sejumlah orang hebat di dunia setelah berkali-kali gagal, nampaknya memberikan insprirasi bagi Nasrin (40), seorang pedagang jamu khas Lombok yang kini usahanya merambah ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
"Kegagalan adalah awal dari sebuah kesuksesan". Sebuah kredo yang selalu dipegang teguh pria yang kini menjadi Direktur CV Tri Utami Jaya, perusahaan yang tergolong sukses memproduksi dan memasarkan jamu khas Lombok.
Sekitar 17 tahun silam, pria yang tampil penuh optimistis ini memulai usahanya dengan berbekal modal Rp5 juta. Ia memproduksi jamu sendiri, kemudian menjualnya dengan berkeliling dari rumah ke rumah dan dari satu kempung ke kampung lain.
Tidak jarang ia kembali pulang tanpa mambawa hasil, karena jamu buatannya kalah bersaing dengan buatan pedagang asal Pulau Jawa yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Namun kegagalan itu nampaknya tidak membuat pria bapak dari dua anak ini patah semangat.
Ia bersama beberapa temannya terus keliling kampung sambil memperkenalkan khasiat jamu buatannya. Tak jarang ia menerima ejekan yang menyatakan bahwa jamu buatannya tidak memiliki khasiat seperti jamu dari Pulau Jawa.
Tekadnya untuk memperkenalkan jamu khas Lombok tak pernah surut. Jerih payahnya selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil, banyak pembeli yang merasa cocok dengan racikan jamu yang diproduksinya.
"Jamu khas Lombok hasil racikan saya akhirnya mulai dirasakan khasiatnya. Sejalan dengan itu jumlah pelanggan saya kian bertambah, bukan hanya di Kota Mataram, tetapi mulai banyak permintaan dari luar kota," katanya sambil memilih bahan-bahan jamu yang akan diraciknya.
Setelah selama belasan tahun berjuang tanpa kenal lelah, jamu tradisional khas Lombok racikan Nasrin semakin digemari masyarakat, permintaan pun semakin banyak, bahkan tidak jarang ia tidak mampu melayani.
Sejalan dengan tingginya permintaan Nasrin harus meningkatkan produksi, namun lagi-lagi ia menghadapi kendala. Modal yang dimilikinya tidak cukup untuk membeli bahan-bahan pembuatan jamu termasuk untuk biaya produksi.
Pria bertubuh tegap ini berupaya mencari pinjaman di bank, namun selalu gagal, karena ia tidak memiliki agunan. Karena itu ia hanya bisa memproduksi jamu sesuai dengan kemampuan modal yang dimilikinya.
Sekitar tahun 2001, keberuntungan mulai memihak padanya. Saat itu, Nasrin berkunjung ke sebuah pameran NTB Ekspo 2001 yang digelar Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan ia masuk ke anjungan milik PT Jasa Raharja (Persero) Cabang NTB yang membuka gerai bersama sejumlah pengusaha kecil yang menjadi mitra binaannya.
Saat itu, dengan semangat Nasrin menanyakan berbagai hal terkait dengan para mitra binaan Jasa Raharja yang ikut memamerkan produknya di anjungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Kementerian Keuangan itu.
Kepala Unit Keuangan PT Jasa Raharja Persero Cabang Mataram saat itu Achmad Sony menerangkan secara detail soal Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), salah satu program pemberian modal usaha kepada koperasi dan usaha kecil.
Saat itu, Nasrin mendapat penjelsan panjang lebar mengenai berbagai persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan modal usaha termasuk hal dan kewajibannya sebabai mitra binaan.
Pria ini kemudian tidak menyia-nyiakan peluang emas tersebut. Pada keesokan harinya ia datang ke kantor PT Jasa Raharja Persero Cabang NTB di Jalan Majapahit Mataram untuk meminta penjelasan lebih rinci mengenai prosedur mengajukan permohonan modal usaha.
Suntikan modal
"Setelah melengkapi berbagai persyaratan yang diperlukan, saya datang lagi ke kantor Jasa Raharja. Setelah melengkapi persyaratan administrasi saya mendapat pinjaman modal usaha sebesar Rp5 juta.
Kendati tergolong kecil, suntikan modal dari dana PKBL itu cukup berarti bagi saya, karena bisa memproduksi jamu lebih banyak," kata Nasrin mengenang awal kesuksesannya.
Dengan adanya suntikan modal tersebut, usaha Nasrin semakin berkembang dan permintaan kian meningkat. Saat itu ia mulai menambah jumlah karyawan agar bisa memproduksi jamu lebih banyak dan bisa melayani pelanggan yang jumlahnya terus meningkat.
Usaha jamu yang dikelola Narin pun meraup keuntungan cukup besar, sehinggga ia mampu membayar angsuran tepat waktu dan dia kembali mendapat tambahan modal usaha sebesar Rp10 juta dan dalam perkembangan selanjutnya PT Jasa Raharja memberikan pinjaman modal usaha sebesar Rp25 juta.
Perkembangan usaha jamu yang dikelola Nasrin semakin meningkat, ia mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Tidak kurang dari 100 warga sekitar kampungnya mendapat penghasilan tetap setelah menjadi karyawan CV Tri Utami Jaya milik Nasrin.
Perusahaan jamu tradisional khas Lombok yang dikelola Nasrin berkembang menjadi bisnis 'waralaba'. Usahanya tidak hanya di Kota Mataram, tetapi tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi NTB.
CV Tri Utami Jaya, perusahaan yang memproduksi jamu tradisional khas Lombok kini telah memiliki cabang di lima kabupaten/kota di NTB dan jumlah pelanggannya juga berkembang pesat.
Berkat keberhasilannya itu, beberapa tahun lalu Nasrin meraih berbagai penghargaan dari Gubernur NTB, bahkan di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarno Putri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dia berhasil mendapat penghargaan sebagai mitra binaan teladan.
Berkat kegigihan dan keuletannya selama belasan tahun Nasrin, peracik dan penjual jamu tradisional khas Lombok kini menjadi pengusaha berhasil.(*)