UBAH GAYA HIDUP HADAPI MASALAH LINGKUNGAN

id



Jakarta (ANTARA) - Semakin terbatasnya sumber daya energi maupun pangan akibat peningkatan jumlah penduduk dan menurunnya kualitas lingkungan harus dihadapi dengan perubahan gaya hidup, sehingga setiap orang dapat memberikan kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi secara global.

Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi pembicara kunci dalam Forum "Business for the Environment" di Jakarta (28/4).

"Kita membutuhkan solusi yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi dan teknologi sejalan dengan stabilitas iklim kita. Dan kita membutuhkan solusi yang bisa membuat melambatnya perubahan iklim," kata Presiden.

Presiden menambahkan, solusi transformatif yang bisa dilakukan antara lain adalah mengubak pola hidup, pola konsumsi, pola produksi dan bagaimana bekerja, melakukan perjalanan dan bermain.

"Kita membutuhkan solusi dimana menempatkan keamanan lingkungan dan iklim menjadi bagian dari setiap kebijakan pemerintah maupun korporasi," tegas Kepala Negara.

Presiden menggambarkan bagaimana kondisi kehidupan, kesejahteraan dan lingkungan secara global saat ini menghadapi masalah serius dan akan memberikan dampak yang merugikan bila tidak segera ditangani.

"Diprediksikan pada 2050 populasi dunia akan mencapai angka 9 miliar jiwa. Manusia memerlukan lebih banyak udara bersih, makanan, energi, air dan sumber lainnya. Dengan perkiraan tersebut, pada 2050 sumber energi kita akan menurun 40 persen dan suplai makanan menurun 60 persen," paparnya.

Kepala Negara juga menyoroti saat ini ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari fosil masih terjadi. Belum lagi meningkatnya emisi gas buang serta sejumlah kawasan di dunia yang menghadapi kekurangan air.

"Untuk pangan, menurut `World Food Program`, terdapat 925 juta orang di dunia yang mengalami kekurangan nutrisi. Itu artinya satu dari tujuh orang di dunia mengalami kekurangan nutrisi," tuturnya.

Bahkan, kata Presiden, berdasarkan laporan kantor PBB untuk penanganan pengungsi dan masalah kemanusiaan, 70 persen bencana alam yang terjadi saat ini terjadi akibat pengaruh perubahan iklim.

Menghadapi hal ini, maka Presiden mengajak agar semua pihak termasuk pengusaha dan entitas bisnis untuk turut serta dalam upaya-upaya pemeliharaan alam dan juga memberikan kontribusi bagi penanganan masalah yang dihadapi secara global.

"Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Semua dari kita harus melangkah maju untuk mengurangi karbon dan memerlukan partisipasi skala besar dari masyarakar dan juga kalangan bisnis dalam menciptakan green economy," tegas Presiden Yudhoyono.

Acara "Business for the Environment" salah satunya digagas oleh Badan Koordinas Penanaman Modal dan Kementerian Lingkungan Hidup. Dihadiri oleh ratusan pengusaha Indonesia dan pengusaha asal luar negeri, pertemuan itu diharapkan dapat menjadi sarana bertukar pengalaman dalam menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan dan ramah lingkungan.

Hadir mendampingi Presiden, Ketua BKPM Gita Wirjawan, Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Gubernur DKI Fauzi Bowo dan sejumlah pejabat lainnya. (*)