ANDREA HIRATA DAN HABIBURRAHMAN PEROLEH "PARAMDINA AWARD"

id

Jakarta (ANTARA) - Dua penulis paling kondang, Andrea Hirata dan Habiburrahman el-Shirazi menerima "Paramadina Award", sebuah penghargaan dari Universitas Paramadina, yang diserahkan pada acara wisuda di kampus Paramadina di Jakarta, kemarin.

Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan PhD dalam siaran persnya menyatakan, Andrea Hirata yang menciptakan karya novel "Laskar pelangi" dinilai sebagai penulis yang berhasil menyadarkan banyak orang tentang perlunya semangat berjuang dalam bidang pendidikan. Pengarang asal Belitong itu berhasil menampilkan sebuah novel yang penuh warna dan kaya nuansa serta menghembuskan semangat kerja keras untuk menyambut arus kemodernan.

"Melalui narasi yang jujur dan bersahaja, Andrea berhasil menyedot perhatian masyarakat atas kondisi pendidikan di tanah air," katanya.

Lewat gaya sarkasme yang ditakar secara apik, dia menampilkan kegetiran hidup orang miskin, tidak terdidik, jauh dari fasilitas publik yang memadai, dan terus tertimpa arogansi kekuasaan. "Karya Andrea menyadarkan kita semua bahwa potret pendidikan kita masih jauh dari ideal dan kita harus bekerja keras untuk memajukannya," kata Anies.

Sementara itu, penulis buku laris "Ayat-Ayat Cinta", Habiburrahman el-Shirazi dianggap telah berhasil mengajak kita semua untuk merenungkan makna ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an, dua tema pokok yang menjadi pilar Universitas Paramadina.

Untuk pilar yang lain adalah kemoderenan, yang menurut Anies, secara piawai, Habiburrahman telah menggambarkan kehidupan muslim dan muslimah di era modern ini tanpa haru melibas nilai-nilai Islam yang mereka junjung.

Bahkan sebaliknya, modernitas menjadikan keimanan semakin tinggi, kecintaan kepada bangsa semakin besar, dan keinginan untuk memajukan masyarakat sekitar kian menyala. "Dengan gaya berkisah yang mengalir bagai sungai Nil di Mesir, Habiburrahman mengingatkan kita akan pentingnya Islam yang merupakan agama cinta; yakni bahwa Islam itu ramah dan berwajah humanis," katanya.

Anies menegaskan bahwa penghargaan itu dimaksudkan untuk menunjukkan apresiasi kepada semangat pantang menyerah serta sikap optimisme guna diteladani oleh generasi muda.

"Lebih-lebih pada saat sekarang ini, kita makin perlu menularkan semangat optimisme kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi generasi muda," katanya.

Sejalan dengan semangat itulah mulai tahun 2008 lalu Paramadina telah memberikan beasiswa kepada 69 mahasiswa yang memiliki optimisme dan semangat berjuang, meski banyak dari mereka hidup dalam keadaan serba terbatas. Berkat bantuan puluhan donor Paramadina berhasil menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang memberikan beasiswa penuh kepada mahasiswanya.

"Selain mempertimbangkan status ekonomi mereka, kami juga memprioritaskan prestasi akademik dan pencapaian-pencapaian non-akademis mereka," kata Anies."Kami berharap di masa mendatang semakin banyak universitas yang mengikuti langkah ini," tambah ayah tiga anak -- yang bulan lalu mendapatkan penghargaan sebagai salah seorang Young Global Leaders 2009 dari Forum Ekonomi Dunia (The World Economic Forum) -- itu.

Pada Dies Natalis ke-11 yang bertema Islam dan Politik: Indonesia Menuju Demokrasi yang Lebih Baik, itu prosesi wisudawan diawali dengan orasi ilmiah yang disampaikan Dr. Haidar Bagir, pendiri kelompok penerbit Mizan yang juga menerbitkan buku best seller "Laskar Pelangi", karya Andrea Hirata.

Di antara 101 wisudawan tampak pula Sarah Azhari. Kini artis yang meneliti soal perbatasan Indonesia-Timor Leste dalam skripsinya itu berhak menyandang gelar sarjana Hubungan Internasional.(*)