Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mengolah sampah menjadi energi listrik dengan pengembangan teknologi biodigester bekerja sama dengan United Cities and Local Government of Asia Pacific (UCLG ASPAC).
"Ditargetkan, kerja sama olah sampah menghasilkan listrik tersebut dimulai tahun depan (2022-red)," kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Irwansyah di Mataram, Selasa.
Menurut dia rencana kerja sama pengolahan sampah menjadi energi listrik dengan pihak UCLG ASPAC sebenarnya sudah berjalan, bahkan tim dari UCLG ASPAC sudah mengecek lokasi tempat pengolahan di kawasan Kebon Talo, Kecamatan Ampenan.
"Hanya saja, terjadi pandemi COVID-19 sehingga banyak tahapan kerja sama tertunda. Jadi sekarang kita mulai dilanjutkan lagi," katanya.
Dalam kerja sama ini, katanya, pemerintah kota diminta menyiapkan lahan, sementara berbagai alat dan kebutuhan lainnya akan disiapkan oleh pihak UCLG ASPAC.
"Untuk lahan kita sudah siapkan lebih dari satu hektare. Areal lahan ini satu paket dengan lahan untuk rencana relokasi Pasar Kebon Roek," katanya.
Dari rencana yang disiapkan, menurutnya, listrik yang dihasilkan akan dimanfaatkan kembali untuk warga sekitar serta untuk kebutuhan penerang jalan umum (PJU).
"Tapi tujuan awalnya kita ingin bagaimana sampah ini terkelola dengan baik," katanya.
Sementara menyinggung tentang kapasitas mesin pengolahan sampah, kebutuhan sampah serta total daya listrik yang dihasilkan, Irwan belum mengetahui persis.
"Intinya, jika ini berjalan baik maka kita akan kekurangan sampah. Produksi sampah Mataram saat ini tercatat sekitar 350 ton per hari," katanya.
Wali Kota Mataram Mohan Roliskana sebelumnya mengatakan, penerapan teknologi biodigester pengolahan sampah sebagai langkah antisipasi penutupan sementara Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok, Kabupaten Lombok Barat mulai Januari 2022, karena dilakukan penataan dan perbaikan areal TPAR.
Sejalan dengan itu, wali kota menargetkan, pengolahan sampah dengan teknologi biodigester bisa mulai beroperasional pada Januari 2022, atau seiring dengan penutupan TPAR.
Harapannya, dengan beroperasionalnya TPST biodigester, bisa mengurangi pembuangan sampah ke TPAR serta terjadinya penumpukan sampah di kota ini. "Untuk operasional TPST Kebon Talo, kita sudah dialokasikan anggaran," katanya.