PROGRAM "PIJAR" MENUJU SUMBAWA LUMBUNG JAGUNG

id

     

     Kecamatan Rhee, Kabupaten Sumbawa, sejak puluhan tahun silam dikenal sebagai penghasil "Baso Lege" (jagung ketan) yang rasanya lezat.

     "Baso kela" (jagung resbus) yang rasanya mirip jajan dari ketan itu banyak dijual di sepanjang jalan menuju Kota Sumbawa Besar.    

     Namun kini kabupaten dengan moto "Sabalong Samalewa" ini tidak hanya menjadi penghasil jagung ketan, tetapi  salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat, karena sejak beberapa tahun terakhir minat masyarakat di daerah ini untuk menanam jagung cukup tinggi.  

    "Demam jagung". Istilah ini nampaknya tidak berlebihan untuk menggambarkan tingginya minat petani di Kabupaten Sumbawa untuk mengembangkan komoditas petanian  itu.

    Kini petani di hampir semua kecamatan di daerah ini menanam jagung, karena jenis tanaman pangan ini telah terbukti memberikan keuntungan bagi petani.

    Tingginya minat petani di "Tana Samawa" (sebutan Kabupaten Sumbawa) ini berawal dari keberhasilan petani di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Labangka mengembangkan tanaman jagung dengan produksi cukup melimpah dan hasil penjualannya juga cukup menggiurkan.

    Sejak saat itu petani di wilayah kecamatan lain di Kabupaten Sumbawa juga beminat menanam jagung.

    Bahkan tahun 2007, petani di UPT Labangka di Kabupaten Sumbawa sempat mengekspor jagung ke  Malaysia sebanyak 2.200 ton melalui Pelabuhan Badas Sumbawa.

    Ekspor perdana jagung saat itu dilakukan atas kerja sama PT Bromo Agropolitan Internasional dengan gabungan kelompok tani jagung Labangka.

    Tanaman jagung di Kabupaten Sumbawa itu menyebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Sumbawa setelah Pemerintah Provnsi NTB meluncurkan program unggulan Sapi, Jagung dan Rumput Laut yang dikenal dengan "Pijar".      

    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa H Talifuddin MSi mengatakan, setiap tahun luas areal tanam jagung di daerah ini terus meningkat dan pada musim tanam 2011-2012 petani semua kecamatan menanam jagung, pada tahun sebelumnya petani di Kecamatan Empang tidak menanam jagung.

   "Ketika mendapingi bupati meninjau sejumlah kecamatan, saya melihat hamparan tanaman jagung di lahan-lahan kering termasuk di perbukitan penuh dengan tanaman jagung.

    Ini menunjukkan bahwa minat para petani untuk mengembangkan tanaman jagung di Kabupaten Sumbawa semakin meningkat," katanya.

    Meningikatnya minat petani menanam jagung di Kabupaten Sumbawa, karena harga jagung di pasaran saat ini cukup tinggi mencapai di atas Rp2.000 per kilogram. Ini cukup menguntungkan petani, karena bisa balik modal (BEP) harga jagung minimal Rp1.050 per kilogram.

    Jadi dengan harga Rp1.500 per kilogram petani untung, apalagi harganya mencapai di atas 2.000 per hektare

    Menurut dia, peningkatan pendapatan petani dari hasil tanaman jagung lebih cepat dibandingkan dengan komoditas lainnya, karena produktivitas tanaman jagung di daerah ini cukup tinggi mencapai  delapan hingga 12 ton per hektare.

    Ini jauh berbeda dengan produktivitas tanaman kacang hijau kurang dari satu ton per hektare.

    "Karena itu para petani di Kabupaten Sumbawa antusias menanam jagung. Kami mendukung sepenuhnya upaya petani mengembangkan komoditas pertanian tersebut. Pada 2011 Pemerintah pusat memberikan bantuan bibit untuk pengembangan 16.500 hektare dari total luas areal tanam mencapai 27.000 hektare dan tahun 2010 dari Pemerintah Provinsi NTB membantu bibit untuk lahan  seluas 1.000 hektare," kata Talifuddin.

    Dengan produksi yang cukup tinggi itu keuntungan bersih yang dikantongi petani dari lahan seluas satu hektare mencapai Rp12 juta. Kalau petani mengelola tiga hektare, maka kentungan mencapai Rp36 juta per musim panen.      

    Talifuddin menilai dukungan dari pemerintah baik daerah maupun pusat dalam pengembangan jagung di Kabupaten Sumbawa cukup tinggi dengan memberikan bantuan bibit jagung. Demikian juga kepedulian perbankan yang memberikan kemudahan kepada para petani jagung untuk mendapatkan kredit modal usaha.

    "Saya baru saja menandatangani rekomendasi penyaluran kredit untuk petani jagung dari Bank BRI melalui skema Kredit Ketahanan Pangan dan Enegeri (KKPE). Para petani tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan, karena usaha ini cukup menguntungkan," ujarnya.

    Dari sisi kepemilikan lahan, para petani di Kabupaten Sumbawa rata-rata memiliki lahan seluas dua hingga tiga hektare. Kalaupun ada yang menyewa lahan bisanya petani yang berasal dari luar Sumbawa. Untuk pengembangan tanaman jagung umumnya menggunakan lahan kering dan lahan tadah hujan.

    Masa tanam jagung juga relatif singkat, yakni sekitar tiga bulan atau 90 hari. Kualitas produksi jagung cukup baik terutama dari segi kadar air. Mutu jagung ini cocok dengan keinginan para pembeli.

        

                      Agrobisnis    

    Pengembangan komoditas jagung di Kabupaten Sumbawa diarahkan ke agribisnis, yakni produksi jagung diolah menjadi berbagai produks jadi di daerah ini. Kalau ini bisa dilaksanakan maka akan memberikan nilai tambah kepada daerah dan petani.

    Menurut Talifuddin, kalau ada pengusaha yang serius membangun pabrik pengolahan jagung di Kabupaten Sumbawa, maka ini akan semakin memacu minta petani untuk mengembangkan komoditas pertanian tersebut.

    "Menang sejumlah investor tertarik untuk membangun industri pengolahan jagung di Kabupaten Sumbawa, namun nampaknya pengusaha itu tidak serius, karena tanpa alasan yang jelas tiba-tiba mereka mundur. Ada investor asal Korea yang berminta mengembangkan industri pengolahan jagung, namun investor asing itu juga mundur tanpa alasan yang jelas," kata Talifuddin.

 

     Dalam kaitan itu Pemkab Sumbawa mengundang investor yang serius mengembangkan industri pengolahan jagung di daerah ini dan akan memberikan berbagai kemudahan, baik dari sisi perizinan dan lahan yang dibutuhkan.

    "Setiap ada investor yang datang kami mengajak mereka ke lapangan untuk membuktikan bahwa potensi jagung di Sumbawa ini cukup besar dan memenuhi syarat untuk membangun pabrik, namun hingga kini belum ada pengusaha yang benar-benar serius," ujarnya.

    Pemerintah Provinsi NTB telah menempatkan pembangunan bidang pertanian, peternakan dan perikanan pada posisi strategis sebagai payung dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan sektor andalan dalam percepatan pembangunan di daerah.

    Pemprov NTB memprioritaskan pengembangan tiga komoditas unggulan melalui program Pijar (Sapi, Jagung, Rumput Laut) sebagai program terobosan dalam upaya meningkatkan  kesejahteraan masyarakay.

    Pengembangan agrobisnis jagung sebagai salah satu program percepatan pembangunan sektor pertanian di NTB ini mendapat apresiasi dari pemerintah pusat yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi pada penan raya 14.000 hektare jagung di Kabupaten Dompu belum lama ini.

    Menurut dia, pemerintah daerah dan petani jagung dinilai sukses melaksanakan pengembangan program jagung.

    Kesuksesan tersebut, harus tetap ditunjang dengan kerja cerdas  yaitu mendirikan pabrik pengolahan pakan ternak. Selama produksi dan ketersediaan jagung tetap ada maka para investor juga akan siap mendukung.

    Ia mengatakan, jagung adalah tanaman masa depan. Karena selain pohonnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, juga merupakan makanan yang akan segera berkembang. Jagung nantinya juga bisa digantikan sebagai bahan bakar menggantikan bensin.

   "Yang lebih hebat lagi, jika peraturannya keluar, jagung itu akan jadi bahan dasar plastik. Nanti akan ada syarat, plastik harus bisa hancur di tanah. Jadi tidak bikin polusi tanah, tidak jadi sampah di tanah. Itu bisa dibikin dari jagung," ungkapnya.

    Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi berjanji mendukung program pengembangan jagung di daerah ini dan pihaknya akan mengupayakan untuk memfasilitasi semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada. Kalau Pemprov  tidak mampu akan diupayakan  melalui pemerintah pusat yaitu Menteri Pertanian.

    Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB  potensi pengembangan lahan jagung di daerah ini seluas 404,000 hektare. Sedangkan target luas tanam  musim hujan 2010/2011 bulan Oktober - Maret adalah 74.185 hektare. Untuk target musim kering 2011 bulan April - September adalah 22.935 hektae,

    Pemprov NTB menargetkan produksi jagung 2011 sebanyak 407.000 ton pipilan kering yang akan diproduksi dari areal panen seluas 92.226 hektare dengan luas tanam 97.120 hektare.

    Target areal tanaman jagung itu menyebar di sembilan kabupaten.

    Rinciannya, areal tanam jagung terluas berada di Kabupaten Sumbawa yang mencapai 30.850 hektare dengan target luas panen 29.308 hektare yang akan memproduksi sebanyak 134.815 ton pipilan kering.

    Selanjutnya, Kabupaten Lombok Timur dengan areal tanam yang mencapai 20.900 hektare dengan target luas panen 19.855 hektare yang akan memproduksi sebanyak 91.333 ton pipilan kering.

    Kabupaten Dompu juga memiliki areal tanam yang jagung yang cukup luas yang mencapai 16.665 hektare dengan target luas panen 16.132 hektare yang akan memproduksi sebanyak 74.390 ton pipilan kering.

    Enam kabupaten/kota lainnya yakni Kota Bima, Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Utara, areal tanamnya berkisar antara 1.000 hektare lebih hingga 10 ribu hektare lebih, dengan luas panen sekitar 1.000 hingga 9.000 hektare lebih.(*)