Lombok Timur (ANTARA) - Perayaan Natal dan Tahun Baru 2025 di Sunrise Land Lombok (SLL) tercatat sukses menyedot perhatian ribuan wisatawan.
Meskipun kondisi cuaca yang tidak mendukung dengan hujan yang terus menerus mengguyur kawasan Lombok Timur, antusiasme masyarakat untuk mengunjungi SLL tetap tinggi.
Qori' Bayyinaturrosyi, Direktur Sunrise Land Lombok (SLL), mengungkapkan bahwa perayaan yang berlangsung dengan berbagai kegiatan menarik seperti live musik dan parade kembang api dari tengah laut ini berhasil menarik lebih dari 3.000 pengunjung pada 1 Januari 2025, dengan rincian 200 pengunjung menginap di area camping dan sisanya datang untuk menikmati acara-acara yang digelar.
"Alhamdulillah, meskipun cuaca hujan dan kondisi tidak sebaik tahun lalu, kunjungan di SLL tetap tinggi. Hingga 1 Januari siang, tercatat ada 3.000 pengunjung, dan saya perkirakan jumlahnya akan terus meningkat menjelang sore," ujar Qori' Bayyinaturrosyi.
Namun, menurutnya, kunjungan pada tahun 2025 ini masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2023, SLL sempat mencapai 10.000 pengunjung, dan jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kunjungan kali ini yang dipengaruhi oleh musim hujan. Selain itu, faktor hari dalam kalender yang jatuh pada hari Rabu juga menjadi salah satu penyebab.
Qori' juga menjelaskan, meski sebagian besar pengunjung berasal dari Lombok Timur, banyak wisatawan dari Lombok Barat dan Lombok Tengah yang datang untuk menikmati suasana di SLL.
Bahkan, beberapa wisatawan dari luar daerah ikut serta dalam merayakan pergantian tahun dengan melihat parade kembang api yang digelar di tengah laut.
"Selain menikmati suasana alam, banyak pengunjung yang juga melakukan aktivitas lainnya, seperti berkuda untuk foto spot, naik perahu, atau menikmati kegiatan grill di pinggir pantai," jelasnya.
Menariknya, SLL tidak memberlakukan tarif tiket per orang, melainkan hanya dikenakan biaya untuk kendaraan, yakni Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil. Kebijakan ini dianggap lebih ramah bagi pengunjung yang datang dalam kelompok.
Namun, meski begitu, Qori' juga mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola SLL, di antaranya adalah keterbatasan fasilitas.
"Kami membutuhkan fasilitas ibadah, seperti mushala, dan lebih banyak toilet untuk mendukung kenyamanan pengunjung. Selain itu, pembangunan fasilitas lainnya juga sangat dibutuhkan, termasuk homestay untuk mengakomodasi wisatawan domestik maupun mancanegara," ujar Qori'.
Hal serupa disampaikan oleh salah seorang pengunjung SLL, Nanang, yang mengungkapkan rasa senangnya berkunjung ke destinasi wisata ini.
"Saya sering berkunjung ke SLL untuk menikmati alam yang masih asri dan pantai yang indah. Saya berharap fasilitas seperti toilet dan mushala bisa diperbanyak agar lebih nyaman bagi pengunjung," ujar Nanang.
SLL juga menjalankan sejumlah program sosial dan lingkungan yang melibatkan komunitas lokal, seperti kegiatan penanaman pohon bakau dan reboisasi untuk mengatasi abrasi pantai.
Selain itu, pengelola SLL rutin melakukan clean-up untuk menangani sampah plastik yang sering terdampar di kawasan pantai.
"CSR kami juga diperuntukkan bagi masyarakat sekitar, seperti beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu dan tunjangan untuk karyawan yang sedang sakit atau membutuhkan dukungan lainnya," terang Qori'.
Tahun 2024 memang menjadi tahun yang penuh tantangan bagi SLL, dengan penurunan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Faktor cuaca buruk, dengan hujan yang melanda hampir sepanjang tahun, turut berkontribusi pada penurunan jumlah wisatawan dan pendapatan.
Meskipun demikian, pengelola SLL tetap optimis untuk melakukan inovasi dan perbaikan guna menarik lebih banyak pengunjung di tahun 2025.
"Kami berharap agar pemerintah dapat lebih mendukung pengelolaan wisata di sini dengan memberikan fasilitas yang memadai dan membantu menangani masalah abrasi yang terus mengancam kawasan pantai," tutup Qori'.