Asian games: Nyimas Bunga Cinta ungkap asa dan persahabatan

id nyimas bunga cinta,skateboard,asian games 2022,asian games hangzhou

Asian games: Nyimas Bunga Cinta ungkap asa dan persahabatan

Atlet skateboard Nyimas Bunga Cinta (kiri) dan pelatih Anthony Adam Caya babak final skateboard putri nomor park Asian Games 2022 di Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Senin (25/9/2023). (ANTARA/Nanien Yuniar)

Hangzhou (ANTARA) - Berada di urutan pertama unjuk gigi memperebutkan medali, membuat Nyimas Bunga Cinta (17) tampak sedikit gugup di sisi lapangan jelang babak final skateboard putri nomor park Asian Games 2022 di Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Senin (25/9).

Padahal itu bukan kali pertama dia tampil membawa nama Indonesia di pesta olahraga antar negara Asia itu. Pada Asian Games 2018 di Jakarta, Bunga yang kala itu masih belum menginjak usia remaja, menjadi atlet skateboard termuda yang meraih medali; Pada usia 12 tahun, dia membawa pulang medali perunggu.

Kini, usianya sudah 17 tahun. Siswi SMA di Jakarta itu sudah tampak lebih dewasa, tetapi pandemi yang membuat jumlah pertandingan berkurang drastis diakui mempengaruhi mentalnya saat bertanding. Dulu, dia punya cara yang ampuh untuk mengatasi grogi jelang beraksi.

"Tapi tadi pas grogi aku masih belum dapat (solusi), cara yang dulu kurang mempan, harus cari cara lain," kata Bunga kepada ANTARA seusai bertanding di Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Senin (25/9).

Biasanya, Bunga menghapus kegugupan dengan cara minum, makan, juga mendengarkan musik-musik yang penuh semangat. Dia juga punya playlist lagu yang khusus dibuat untuk membakar semangatnya saat berkompetisi. Salah satunya "Bukan Anak Kemarin Sore" dari Armada yang masuk ke dalam salah satu lagu di Asian Games 2018.

Dalam final Asian Games 2022, skor yang didapatkan Bunga pada babak pertama adalah 16,5. Dia mulai bangkit di babak kedua dengan angka 60,41 lantaran aksinya berlangsung mulus hingga akhir. Jeritan senang sekilas terdengar dari bangku penonton. Para pesaingnya turut bersorak. Pelatih dan tim ofisial dari negara lain ikut tersenyum dan memberikan selamat.

Bunga sempat berada di posisi ketiga selama babak kedua, memberikan harapan akan ada medali perunggu yang diraih Indonesia dari cabang olahraga yang baru dipertandingkan di Asian Games Jakarta pada 2018, dan jadi olahraga resmi di Olimpiade Tokyo 2020. Sayangnya, asa itu meredup ketika para pesaingnya dari negara-negara yang kuat seperti Jepang dan China membuat posisinya semakin mundur. Pada babak ketiga, nilai yang didapatkan Bunga tidak setinggi sebelumnya. Dalam kompetisi ini, hanya nilai tertinggi dari tiga babak yang diambil dan menentukan prestasi setiap atlet.

Bunga bertahan dengan skor 60,41, sementara sang juara pertama, Hinano Kusaki dari Jepang, meraih skor 88,87. Pada akhirnya, Bunga berada di urutan keenam, diikuti oleh Mazel Paris Alegado dari Filipina dan Yi-Fan Lin dari Taiwan.

Seusai pertandingan, di tengah cuaca Hangzhou yang akhir-akhir ini mulai panas dan membuat tubuh berkeringat, Bunga menyayangkan posisi tubuhnya yang terlalu ke depan saat melakukan trik sehingga aksinya tidak berlangsung mulus.

"Harusnya enggak jatuh sih, tapi karena badannya ke depan... ya sudah enggak apa-apa, yang penting udah ngasih yang terbaik yang aku bisa," ujar Bunga yang mengenakan kerudung hitam. Meski gagal membawa pulang medali, toh dia sudah melampaui target yang dipatok oleh sang pelatih. Ke depannya, Bunga akan menjalani latihan yang lebih intensif agar bisa meraih prestasi yang lebih gemilang. Sang pelatih, Anthony Adam Caya, mengatakan persiapan menuju 2024 akan jauh lebih maksimal.

Selanjutnya: Masa remaja dan persahabatan Masa remaja dan persahabatan

Tahun ini Bunga genap berusia 17 tahun, usia remaja yang banyak dinantikan sampai ada istilah sweet 17. Sembari tersenyum, Bunga mengaku semua tetap berjalan seperti biasa. Namun, tetap ada yang istimewa karena dia bisa mengikuti Asian Games. Kompetisi ini sudah lama dinantikan sejak bertahun-tahun lalu, bahkan dia harus lebih bersabar karena ajang olahraga ini terpaksa ditunda akibat pandemi COVID-19.

Berpartisipasi sebagai salah satu atlet skateboard membuatnya mengenang lagi masa-masa bertanding di Asian Games 2018 Jakarta kala usianya masih jauh lebih belia. Bedanya, kali ini hanya ada tiga atlet dari Tanah Air yang berkompetisi. Bunga adalah satu-satunya atlet putri dari cabang olahraga skateboard dari Indonesia.

Sebagian besar finalis di babak final putri nomor park ini adalah remaja, bahkan ada yang usianya baru 9 dan 11 tahun. Sebagian besar para atlet tampak dekat dan kerap berinteraksi sepanjang final.

Keakraban setiap peserta menarik perhatian dari pertandingan final skateboard. Mayoritas ikut fokus memperhatikan aksi lawan-lawannya. Mereka bertepuk tangan, bersorak, tercekat, ketika para pesaing menunjukkan performa yang memukau.

Itu pun yang terjadi ketika Bunga beraksi. Begitu pula sebaliknya. Bunga memeluk teman-temannya yang menuai tepuk tangan meriah setelah menunjukkan trik-trik keren seperti berputar di udara. Rupanya, persahabatan memang terjalin di antara mereka. Lawan di lapangan, teman usai pertandingan, begitu Bunga mendeskripsikan budaya di cabang olahraga skateboard.

Melihat aksi-aksi yang membuat penonton bersorak sorai, Bunga, sambil tertawa kecil, mengatakan ingin "mencuri" trik-trik dari para pesaingnya. Atlet yang belajar skateboard sejak usia delapan tahun itu punya target untuk bertanding di Olimpiade kelak. Pada 2020, impiannya belum tercapai. Di Olimpiade berikutnya, dia berharap keinginannya bisa terwujud.

Baca juga: Asian Games: Voli Indonesia hadapi Korea Selatan perebutan peringkat 7-8
Baca juga: Asian Games : Timnas voli Indonesia hadapi Kazakhstan

Dia tak lupa meminta dukungan untuk cabang olahraga skateboard yang tergolong masih baru di pesta olahraga bergengsi seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. "Aku harap skater Indonesia terus maju, dan dukungan orang Indonesia serta pemerintahnya tetap good," tutup Bunga.