Petani padi di Bima beralih ke jagung dampak fenomena El Nino

id Petani Padi Kabupaten Bima ,Petani Jagung Kabupaten Bima ,Bima NTB

Petani padi di Bima beralih ke jagung dampak fenomena El Nino

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Hj. Nurma. (ANTARA/Nur Imansyah).

Bima, NTB (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Nurma menyebutkan sebagian petani padi di wilayah itu beralih menanam jagung dampak fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau panjang.

"Secara persentase belum kita hitung, tetapi karena dampak El-Nino ini banyak petani kita yang beralih komoditas dari sebelumnya menanam padi ke menanam jagung," ujarnya di Kabupaten Bima, Selasa.

Ia mengatakan banyak petani padi yang kemudian beralih menanam komoditas jagung dipicu harga komoditas jagung yang jauh lebih tinggi dan menguntungkan ditanam daripada padi.

"Kenapa mereka tidak tanam padi karena harga jagung lebih menarik, sementara harga gabah turun sehingga petani lebih memilih menanam jagung," terang Nurma.

Ia mengatakan meski banyak petani padi yang beralih menanam jagung, namun hal tersebut tidak sampai mengganggu produksi beras di Kabupaten Bima.

"Memang alih fungsi tanam ini belum menunjukkan negatif signifikan, artinya kurang lahan padi tidak berpengaruh kepada produksi padi di Kabupaten Bima," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Nurma pengaruh El Nino belum berdampak pada produksi gabah dan beras di kabupaten.

"Belum ada dari dampak El-Nino di Kabupaten Bima paceklik beras. Tetapi kalau turun sedikit produksinya tapi dengan turun produksi ini dampak El Nino stok pangan di Kabupaten Bima aman," katanya.

Pemerintah Provinsi NTB optimis mampu memenuhi target produksi padi sebanyak 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG) di tahun 2023 meski di tengah ancaman El Nino.

"Kami optimistis target produksi beras 1,35 juta ton GKG di tahun ini bisa tercapai. Target ini meningkat dari tahun 2022 sebanyak 1,2 juta ton. Kalau jadi beras 1,35 juta ton sama artinya 923 ribu ton, sehingga kita ada surplus 300 ribu ton," kata Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, Pathul Gani.

Ia mengatakan untuk memenuhi target 1,35 juta ton GKG, Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB bersama pemerintah kabupaten dan kota yang ada di NTB sudah melakukan sejumlah upaya atau terobosan.

Salah satu di antaranya mengoptimalkan penanaman padi di lahan-lahan yang sudah ada, khususnya di lahan persawahan yang jaringan airnya lancar, baik jaringan primer, sekunder dan tersier. Mengingat luas areal pertanian di NTB mencapai 270 ribu hektare.

Baca juga: Bendahara HKTI NTB menyerahkan memori banding ke pengadilan
Baca juga: Distan Loteng sebut harga jagung untungkan petani


"Inilah yang kita optimalkan. Kalau strategi ini kita pakai maka kita bisa mengamankan air dari hulu dengan cara mengairi air ke sawah-sawah yang disiapkan untuk mempercepat proses tanam, sehingga dari yang bisa tanam satu kali padi bisa menjadi dua kali, dua kali menjadi tiga kali dari yang tiga kali bisa menjadi empat kali tanam," katanya.

Oleh karena itu, adanya optimalisasi lahan tersebut, pihaknya optimis target produksi padi di NTB di tahun 2023 bisa tembus 1,35 ton. Terlebih lagi NTB sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian RI sebagai salah satu daerah penyangga cadangan pangan nasional bersama tiga provinsi lain di Indonesia, Lampung, Banten dan Kalimantan Selatan.