Jakarta (ANTARA) - Nanas Mahkota Siak di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, membuka peluang baru sebagai sumber ekonomi daerah sekaligus meningkatkan pendapatan para petani melalui inovasi produk olahan nanas.
Perwakilan Pinaloka dan Penggerak Laboratorium Alam Siak Lestari (ASL) Wulan Suci Ningrum, di Jakarta, Kamis, mengatakan Kabupaten Siak bekerja sama dengan Pinaloka saat ini memiliki sekitar 3.000 hektar lahan nanas, dengan rata-rata produksi satu hektar lahan sekitar 2,5 ton buah per tahun.
Pinaloka adalah merek yang menawarkan produk nenas yang ditanam di lahan gambut, dikelola oleh kelompok usaha perempuan di Kabupaten Siak. Mereka mengembangkan produk inovasi dari Nanas Mahkota Siak yang diambil dari para petani nanas lokal di sejumlah desa di Kabupaten Siak.
Wulan mengatakan para kelompok usaha nanas di Kabupaten Siak ini berhasil memanfaatkan nanas grade B dan C, yang umumnya berukuran lebih kecil dan tidak layak ekspor, yang sebelumnya dianggap tidak memiliki nilai ekonomi.
“Karena tengkulak tidak pernah mau mengambil nanas grade B dan C, yang di bawah satu kilogram. Jadi kami memanfaatkan itu supaya ada nilai ekonomisnya juga. Sehingga selain para petani ini dapat nilai ekonomi dari (ekspor), juga dapat nilai ekonomi dari semua nanas yg dihasilkan,” ujar Wulan.
Wulan menyebut berbagai produk olahan nanas sudah dipasarkan dan menjadi produk unggulan, seperti minuman kemasan nanas, sirup nanas, selai nanas, keripik dan nanas kering. Wulan mencontohkan pada awal 2023, sirup nanas yang diolah oleh kelompok usaha perempuan di Kabupaten Siak, hanya memproduksi delapan liter sirup.
Namun, kata dia, berkat kerja sama dengan berbagai mitra termasuk kedai-kedai kopi di Siak hingga Jakarta, peningkatan produksi sirup nanas tahun ini bisa mencapai 80 liter per bulan. Peningkatan ini, kata dia, membantu para petani nanas di Kabupaten Siak untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari nanas yang mereka hasilkan.
“Memang karena belum terlalu besar (pasarnya), tetapi paling tidak mereka bisa upgrade alat produksinya agar lebih baik. Mereka juga dapat penghasilan tambahan,” ujar dia.
Nanas Mahkota Siak merupakan hasil panen komunitas petani lokal di lahan gambut Kabupaten Siak, Riau, dan kini merambah hingga ke Jakarta, setelah sebelumnya hanya dipasarkan di Kabupaten Siak.
Nanas Mahkota Siak bahkan kini hadir menjadi bahan baku makanan dan minuman di salah satu kedai kopi di Jakarta, Anomali Coffee. Bekerja sama dengan Pinaloka dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Anomali Coffee meluncurkan lima menu baru yang berbahan dasar Nenas Mahkota Siak.
Wulan berharap kolaborasi ini dapat makin meningkatkan transaksi Pinaloka dan perkembangan ekonomi masyarakat Siak.
Pinaloka saat ini bekerja sama dengan petani lokal dari Desa Tanjung Kuras, Penyengat, Temusai, dan Desa Lalang dengan potensi luasan perkebunan nanas mencapai 3.380 hektar, yang melibatkan 33 petani dan 21 perempuan untuk mengolah produk nanas.
Baca juga: Revisi Permendag Nomor 31 Tahun 2023 sudah diproses
Baca juga: Jiwa wirausaha perlu dikembangkan sejak masa prasekolah
Tanaman nanas di lahan gambut Siak dikelola oleh kelompok petani bersama dengan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) dan merupakan salah satu inisiatif peningkatan ekonomi masyarakat di desa rawan kebakaran gambut.
Kabupaten Siak merupakan kabupaten dengan lahan gambut terbesar di Pulau Sumatera, dengan luas lahan gambut mencapai 479.485 ribu hektar atau sekitar 57,44 persen dari total luas Kabupaten Siak. Kawasan ini mengalami kebakaran lahan gambut pada 2015.