Uganda ajak Indonesia berinvestasi di sektor pangan
Badung (ANTARA) - Uganda mengajak para peserta Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 pada 2024 untuk berinvestasi di bidang pertanian dan sektor pangan, terutama komoditas susu, guna mewujudkan ketahanan pangan bagi semua pihak.
"Kami ingin menarik minat investor untuk berdagang dan berinvestasi di Uganda, di bidang pertanian," kata Menteri Negara Bidang Pertanian, Industri Hewan, dan Perikanan Uganda Adoa Hellen di Sesi Diskusi Panel VIII dalam rangkaian IAF ke-2 yang diadakan di Badung, Bali, pada Selasa.
Ia mengatakan bahwa pertanian dan industri hewan ternak merupakan salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu, dengan 80 persen penduduk Uganda bekerja di bidang pertanian.
Dalam upaya mendorong keamanan dan ketahanan pangan bagi negara-negara peserta IAF 2024, Uganda mengajak para delegasi negara-negara tersebut untuk berinvestasi di Uganda di bidang pertanian.
"Kami punya pertanian, kami punya susu. Banyak anak-anak di sekolah kelaparan karena mereka tidak punya apa yang bisa diberikan kepada mereka. Padahal gizi adalah jalan keluar untuk anak-anak. Dan Anda bisa mendapatkan pusat susu terbaik di Uganda," katanya.
Dalam upaya mendorong ketahanan pangan pada komoditas susu, menurut Adoa, Uganda tercatat dapat memproduksi hingga 5,2 miliar liter susu per tahun, yang dapat dikemas dan disediakan dalam bentuk susu bubuk, es krim, serta dalam bentuk produk rantai dingin.
"Anda dapat berinvestasi dan saya dapat meyakinkan Anda para investor bahwa Uganda adalah satu-satunya negara di mana Anda tidak perlu membayar pajak ketika Anda menjadi investor," kata Adoa.
Dia lebih lanjut menyebutkan bahwa Pemerintah Uganda juga memberlakukan pembebasan pajak bagi para investor yang ingin memiliki mesin produksi untuk komoditas tersebut di negara itu. Selain produk susu, Uganda juga mengajak para delegasi peserta IAF untuk berinvestasi pada komoditas daging, produk daging, kopi dan kopi instan.
IAF ke-2 digelar pada 1-3 September 2024 bersamaan dengan pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP).
Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika pada masa mendatang.
Baca juga: Pemangku pariwisata Bali membangun ekosistem MICE
Baca juga: Indonesia shares good practices in mineral industry development at IAF
Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.
Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai dari forum tersebut, antara lain perjanjian antara pemerintah (G-to-G), kesepakatan bisnis antar pemerintah dan bisnis (G-to-B) maupun antara pebisnis (B-to-B), dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,69 triliun).
"Kami ingin menarik minat investor untuk berdagang dan berinvestasi di Uganda, di bidang pertanian," kata Menteri Negara Bidang Pertanian, Industri Hewan, dan Perikanan Uganda Adoa Hellen di Sesi Diskusi Panel VIII dalam rangkaian IAF ke-2 yang diadakan di Badung, Bali, pada Selasa.
Ia mengatakan bahwa pertanian dan industri hewan ternak merupakan salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu, dengan 80 persen penduduk Uganda bekerja di bidang pertanian.
Dalam upaya mendorong keamanan dan ketahanan pangan bagi negara-negara peserta IAF 2024, Uganda mengajak para delegasi negara-negara tersebut untuk berinvestasi di Uganda di bidang pertanian.
"Kami punya pertanian, kami punya susu. Banyak anak-anak di sekolah kelaparan karena mereka tidak punya apa yang bisa diberikan kepada mereka. Padahal gizi adalah jalan keluar untuk anak-anak. Dan Anda bisa mendapatkan pusat susu terbaik di Uganda," katanya.
Dalam upaya mendorong ketahanan pangan pada komoditas susu, menurut Adoa, Uganda tercatat dapat memproduksi hingga 5,2 miliar liter susu per tahun, yang dapat dikemas dan disediakan dalam bentuk susu bubuk, es krim, serta dalam bentuk produk rantai dingin.
"Anda dapat berinvestasi dan saya dapat meyakinkan Anda para investor bahwa Uganda adalah satu-satunya negara di mana Anda tidak perlu membayar pajak ketika Anda menjadi investor," kata Adoa.
Dia lebih lanjut menyebutkan bahwa Pemerintah Uganda juga memberlakukan pembebasan pajak bagi para investor yang ingin memiliki mesin produksi untuk komoditas tersebut di negara itu. Selain produk susu, Uganda juga mengajak para delegasi peserta IAF untuk berinvestasi pada komoditas daging, produk daging, kopi dan kopi instan.
IAF ke-2 digelar pada 1-3 September 2024 bersamaan dengan pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP).
Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika pada masa mendatang.
Baca juga: Pemangku pariwisata Bali membangun ekosistem MICE
Baca juga: Indonesia shares good practices in mineral industry development at IAF
Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.
Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai dari forum tersebut, antara lain perjanjian antara pemerintah (G-to-G), kesepakatan bisnis antar pemerintah dan bisnis (G-to-B) maupun antara pebisnis (B-to-B), dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,69 triliun).