Pekanbaru (ANTARA) - Kematian gajah betina yang dinamai Dita pada Senin (7/10) membuat populasi gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) di kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja tinggal tersisa tujuh ekor.
"Di Balai Raja tinggal tujuh ekor, dan mereka biasanya terdiri dari 2-3 kelompok," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Selasa.
Lokasi matinya gajah Dita merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Balai Raja yang kondisinya saat ini banyak beralih fungsi dari hutan menjadi permukiman warga, kantor pemerintahan dan kebun kelapa sawit.
Habitat asli gajah sumatera sudah tidak lagi hutan, dan satwa bongsor tersebut kerap dianggap warga sebagai hama yang merusak kebun kelapa sawit.
Kawasan konservasi yang jadi habitat satwa dilindungi tersebut awalnya ditetapkan seluas 18.000 hektare (ha), namun kini tinggal tersisa kurang lebih 150 ha. Gajah liar yang ada kerap masuk ke perkebunan warga, dan Hutan Talang yang relatif masih terjaga karena menjadi area lindung perusahaan minyak PT Chevron Pacific Indonesia.
Ancaman alih fungsi lahan dan pemasangan jerat masih terus membayangi keberadaan gajah yang tersisa. Gajah Dita adalah salah satu korban jerat pada 2014, yang menyebabkan kaki kirinya buntung sebagian.
Upaya pengobatan terus dilakukan hingga 2017, namun lukanya tidak kunjung pulih sebelum akhirnya Dita ditemukan mati di kubangan pada Senin lalu (7/10).
Suharyono menduga penyebab kematian Dita akibat sakit.
"Perkiraan sementara kemungkinan sakit karena badannya utuh. Dia gajah betina tak ada gading jadi kemungkinan juga bukan mati akibat perburuan," katanya.
Ia menjelaskan tim dari BBKSDA Riau langsung menuju ke lokasi kematian gajah Dita di Balai Raja Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, untuk melakukan nekropsi atau bedah bangkai.
Hasil identifikasi awal, lanjutnya memang benar bahwa bangkai tersebut adalah gajah Dita yang berusia lebih dari 25 tahun.
"Perkiraan kematian, identifikasi diperkirakan sudah lima hari. Hasil lengkap nanti setelah tim medis melakukan nekropsi untuk memastikan penyebab kematiannya," ujar Suharyono.
Tim dokter hewan BBKSDA bersama LSM pemerhati satwa berencana melakukan nekropsi pada Selasa ini.
Berita Terkait
Gajah Sumatera berkaki buntung terkena jerat ditemukan mati di Riau
Senin, 7 Oktober 2019 17:02
BBKSDA Riau evakuasi beruang berkeliaran
Kamis, 16 Februari 2023 20:50
Kamera perangkap BBKSDA Riau rekam dua harimau
Selasa, 1 November 2022 19:14
Harimau Sumatera terkam warga Bukit Batu
Jumat, 5 Juni 2020 8:13
Miris! Gajah sumatera terpisah dari rombongannya dibunuh di Riau
Kamis, 16 April 2020 11:56
Empat Owa dan tiga Lutung berhasil diselamatkan dari perdagangan satwa liar
Rabu, 1 April 2020 20:05
Induk bayi orangutan terlantar diduga sudah dibunuh
Senin, 16 Desember 2019 18:06
Bayi gajah sumatera terjerat kembali di konsesi HTI di Riau
Senin, 16 Desember 2019 18:02