Australia kembali menyerukan evakuasi massal akibat kebakaran besar

id evakuasi masal,kebakaran australia

Australia kembali menyerukan evakuasi massal akibat kebakaran besar

Langit berwarna merah terlihat saat kebakaran hutan terjadi di dekat kota Mallacoota, Victoria, Australia, Sabtu (4/1/2020), dalam foto yang didapatkan dari media sosial. ANTARA FOTO/@brendanh_au/via REUTERS/wsj/cfo

Merimbula/Sydney (ANTARA) - Otoritas Australia mendesak untuk kembali mengadakan evakuasi massal di area tenggara yang padat penduduk, pada  Kamis, karena kembalinya cuaca panas mengipasi kebakaran hutan besar yang mengancam beberapa kota dan komunitas .

Pimpinan negara bagian Victoria, Daniel Andrews mendesak masyarakat untuk waspada menjelang kondisi ekstrem.

"Apabila anda menerima instruksi untuk pergi, maka anda harus pergi," kata Andrews dalam sebuah siaran televisi. "Itu adalah satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan anda."

Evakuasi telah diadakan sekali lagi di sebagian dari Pulau Kanguru, area wisata yang kaya akan populasi satwa di pantai tenggara.

"Saya mendesak semua orang untuk memperhatikan peringatan, mengikuti saran, dan untuk menuju ke bagian timur pulau itu, yang dianggap aman pada saat ini," kata Kepala Pemadam Kebakaran Australia Selatan Mark Jones dalam pengarahan terpisah di Adelaide.

Sepertiga dari pulau itu telah hancur.

Menurut pemerintah federal Australia, dua puluh tujuh orang telah tewas pada musim kebakaran ini ketika kebakaran besar-besaran telah menghanguskan lebih dari 10,3 juta hektar tanah, atau sebanding dengan luas wilayah Korea Selatan.

Ribuan orang kehilangan rumah mereka dan ribuan lain harus melakukan evakuasi berkali-kali akibat ketakterdugaan kobaran  api.

Penduduk kota pesisir Mallacoota termasuk di antara mereka yang disarankan untuk menyelamatkan diri keluar. Area tersebut menjadi tempat ribuan orang terdampar di pantai selama berhari-hari sampai evakuasi militer yang baru berakhir pada hari Rabu.

"Jika kita mengungsi, kemana kita pergi?" kata Mark Tregellas, yang menghabiskan Malam Tahun Baru di atas kapal ketika api menghancurkan sebagian besar kotanya, dan satu dari sekitar 1.000 orang yang memutuskan untuk pergi.

"Listrik perlahan-lahan kembali tetapi semua orang bergantung pada generator, dan bahan bakar untuk itu sangat terbatas," katanya kepada Reuters melalui telepon dari rumahnya.

"Orang-orang sekarang kehabisan bensin sehingga sebagian besar di kota sekarang mengendarai sepeda."

Sumber: Reuters