Mataram, 8/10 (ANTARA) - Sekretaris I Duta Besar India untuk Indonesia Sugandh Rajaram, tengah meninjau sentra-sentra kerajinan di wilayah Nusa Tenggara Barat.
"Sekretaris Dubes India itu menginformasikan kepada Gubernur bahwa ia ingin mengetahui potensi industri kerajinan di wilayah NTB terkait rencana investasi di masa mendatang," kata Juru Bicara Pemprov NTB Lalu Moh. Faozal, usai mendampingi Gubernur NTB menerima kunjungan pejabat Kedubes India itu, Jumat.
Kunjungan kerja pejabat Kedutaan Besar India di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) itu diawali dengan pertemuan koordinasi di ruang kerja Gubernur NTB KH. M. Zainul Majdi, di Mataram.
Faozal mengatakan, rombongan Kedubes India itu lebih dulu meninjau sentra kerajinan mutiara di Sekarbela, Kota Mataram, kemudian meninjau sentra kerajinan tenun ikat di Cakranegara.
Tinjauan lapangan selanjutnya di taman wisata Narmada, dan lokasi wisata Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Rombongan Kedubes India itu juga mengagendakan peninjauan industri kerajinan cukli di sayang-sayang Kota Mataram, sentra pembuatan gerabah di Banyumulek, Lombok Barat dan meninjau Museum NTB di Kota Mataram.
"Menurut rencana, mereka akan meninjau potensi wisata Mandalika di Pulau Lombok bagian selatan karena investor asal India juga berminat menggarap kawasan wisata terpadu di sana," ujarnya.
Versi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), terdapat tiga investor yang berminat menggarap potensi pengembangan kawasan wisata Mandalika di Pulau Lombok bagian selatan, NTB.
Ketiga investor itu masing-masing dua investor asing dan satu investor dalam negeri.
Kedua investor asing itu masing-masing berasal dari India yang sudah pernah meninjau lokasi kawasan wisata Mandalika, dan investor asal Qatar yang juga sudah mengirim utusan guna mengkaji potensi wisata tersebut.
Kini, ketiga investor itu tengah diseleksi oleh pejabat BKPM, namun dilaporkan investor India yang paling mungkin menggarap potensi wisata Mandalika itu.
Bahkan, Investor India sudah menawarkan nilai investasi Rp20 triliun yang mencakup lokasi wisata Mandalika dan pengelolaan kawasan Bandara Internasional Lombok (BIL) yang sudah hampir rampung.
Semula kawasan wisata Mandalika itu hendak digarap oleh perusahaan Dubai, Emaar Properties, LLC, yang kemudian dikabarkan batal berinvestasi di bidang pariwisata terpadu karena terkena dampak krisis finansial global di penghujung tahun 2008.
Meskipun, Pemerintah Indonesia yang diwakili PT Bali Tourism Development Coorporation (BTDC) dan Pemerintah Dubai yang diwakili Emaar Properties LLC telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengembangan kawasan wisata terpadu di Pulau Lombok, tanggal 19 Maret 2008.
Lahan investasi yang akan dipergunakan Emaar Properties LLC dan PT BTDC itu seluas 1.250 hektare yang terletak di Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah.
Emaar Properties berencana menginvestasikan Rp21 triliun dalam kurun waktu 15 tahun pada tiga periode, setiap periode lima tahun dengan nilai investasi tujuh triliun rupiah.(*)