PULUHAN MAHASISWA UMM TUNTUT SPP MURAH

id



          Mataram, 28/4 (ANTARA) - Sekitar 50 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram, Kamis, menggelar aksi unjuk rasa di lingkungan kampusnya di Jalan KH Ahmad Dahlan Mataram menuntut sumbangan pembinaan pendidikan murah.

         Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (AMPIK) menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa sejumlah pamflet dari bahan kertas karton bertuliskan "guru kencing berlari, murid kencingi guru", "kami minta transparansi anggaran untuk mahasiswa".

         Aksi unjuk rasa yang hanya dijaga beberapa orang satpam kampus dikoordinasikan oleh Adi Ardiansyah.

         Dalam orasinya, Ardiansyah, menilai kebijakan pihak kampus menaikkan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar 20-30 persen setiap tahun menandakan kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) hanya sebagai perusahaan yang menjadikan mahasiswa sebagai komoditi untuk mengeruk keuntungan.

         "Kenaikan SPP, uang iuran organisasi mahasiswa uang kuliah kerja nyata, uang praktek kerja lapangan, infak, uang kesehatan dan uang wisuda tidak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan," ujarnya.

         Masalah klasik yang juga terus menjadi keluhan mahasiswa, kata dia, adalah ijin operasional dan status jurusan di berbagai program studi.

         Ardiansyah menilai pihak kampus tidak mungkin mampu mengakreditasi semua program studi pada 2012, jika melihat kondisi riil seperti persoalan laboratorium yang bisa mendukung praktikum mahasiswa program studi Fisika dan Matematika.

         "Mahasiswa sama sekali tidak bisa melaksanakan praktik, padahal dalam rincian pembayaran SPP mahasiswa telah membayar biaya praktikum. Mahasiswa Fakultas Kesehatan bahkan membayar sumbangan laboratorium sebesar Rp3.500.000 per angkatan, namun faktanya laboratorium tidak ada," ujarnya.

         Sebelum membubarkan diri dengan tertib, mahasiswa membacakan tiga tuntutan, yaitu perjelas ijin operasional dan percepat akreditasi minimal akreditasi B di setiap progam studi, imbangi kenaikan biaya kuliah dengan fasilitas yang memadai dan perjelas alokasi dana praktik kerja lapangan dan kuliah kerja nyata dan wisuda angkatan 2011.

         Rektor UMM, H. Mustamin H. Idris, mengakui kenaikan SPP sebesar 20-30 persen rutin dilakukan setiap penerimaan mahasiswa baru. Hal itu disesuaikan dengan kondisi harga riil yang berlaku.

         Para mahasiswa baru juga sudah mengetahui dan tidak keberatan dengan biaya-biaya yang dipungut pihak kampus.

         "Kalau memang mahasiswa baru menilai bahwa biaya kuliah yang diberlakukan mahal, pasti mereka tidak mau kuliah di sini. Tapi faktanya mereka tetap menuntut ilmu di sini. Yang melakukan demo ini adalah mahasiswa lama yang berasal dari organisasi kampus yang tidak resmi," ujarnya.

         Ia menambahkan, pihaknya tidak menaikkan besaran SPP maupun dana lainnya untuk mahasiswa lama. Kebijakan kenaikan SPP hanya berlaku untuk setiap mahasiswa baru.

         Mustamin juga membantah tudingan mahasiswa tentang pengelolaan dana IOMA yang tidak transparan. Dana tersebut disalurkan ke mahasiswa disesuaikan dengan kegiatan yang diajukan organisasi mahasiswa.

         "Saya bersama dengan seluruh pembantu rektor sudah mengadakan pertemuan dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) membahas masalah dana untuk mahasiswa, itu bentuk transaparansi kami. Kampus juga menambah anggaran untuk kegiatan mahasiswa dari 250 juta menjadi Rp300 juta," katanya. (*)