INSENTIF UNTUK PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF BERLANJUT

id

     Mataram, 23/11 (ANTARA) - Dukungan dana APBN untuk penyelamatan sapi betina produktif di wilayah Nusa Tenggara Barat yang dimulai sejak 2011, masih berlanjut di 2012, agar peternak makin termotivasi untuk meningkatkan produktivitasnya. 

     "Masih ada dana itu di 2012, nilainya mungkin sama dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp80 miliar," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Rosiady Sayuti, di Mataram, Rabu.

     Pemprov NTB mencanangkan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) sejak 2009, yang  merupakan bagian dari upaya mencapai swasembada daging pada 2014, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

     NTB sendiri telah mampu memproduksi 35 ribu ekor setiap tahun, yang melebihi kebutuhan daerah, sehingga diandalkan pemerintah pusat sebagai salah satu daerah sentra produksi daging.    

     Rosiady mengatakan, untuk menghasilkan populasi ternak sesuai target yang diharapkan, dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan para peternak.

     Pemerintah pusat kemudian mengalokasikan sebagian dana APBN untuk mendukung program NTB-BSS itu, yang mencapai Rp80 miliar di 2011.

     Pemprov NTB juga mengalokasikan dana APBD secara rutin setiap tahun anggaran untuk program BSS itu, yang nilainya terus bertambah, yakni mencapai 14,24 miliar di 2011, meningkat dari lebih dari tiga miliar rupiah jika dibandingkan dengan anggaran 2010 sebesar Rp10,79 miliar lebih.

     Dukungan APBD 2012 untuk program BSS sedang diupayakan lebih banyak dari alokasi 2011, yang dimaksudkan untuk lebih mendorong peningkatan produktivitas sapi.

     "Khusus dana APBN, diperuntukkan sebagai dana insentif bagi peternak yang memiliki sapi betina produktif dan terbukti bunting, dengan harapan semakin banyak sapi betina produktif yang terselamatkan dari pemotongan untuk dikonsumsi, dan akan semakin tinggi populasinya," ujar Rosiady.

     Program BSS merupakan program percepatan yang diawali dari program reguler sebagai pembanding dengan indikasi dan asumsi populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak 546.114 ekor, dengan jumlah induk sebanyak 37,36 persen dari populasi.

     Angka kelahiran mencapai 66,7 persen dari jumlah induk sapi, dan angka kematian anak sapi mencapai 20 persen dari jumlah ternak sapi yang lahir.

     Jumlah pedet sebanyak 101.239 ekor, jumlah pemotongan betina produktif dan pemotongan tidak tercatat sebesar 20 persen dari pemotongan tercatat.

     Jumlah pemotongan dalam daerah sebesar 41.575 ekor dan jumlah sapi bibit dan sapi potong yang dikeluarkan dari wilayah NTB tercatat sebanyak 28.500 ekor.

     Dengan penerapan program NTB-BSS, diharapkan terjadi peningkatan jumlah induk sapi sebesar 38-42 persen dari populasi, peningkatan kelahiran pedet sebesar 75-85 persen dari jumlah induk.

     Penurunan angka kematian pedet sebanyak 18-10 persen dari jumlah sapi yang lahir, penurunan pemotongan sapi betina produktif hingga 15-8 persen dari jumlah pemotongan tercatat dan pertumbuhan populasi sapi sebesar 10-15 persen per tahun.

     Salah satu indikator keberhasilan program BSS itu yakni jumlah kelahiran sapi/pedet setiap tahunnya yakni satu induk satu anak setiap tahun. (*)