NEWMONT SPONSORI "BARAPAN KEBO" SUMBAWA BARAT

id

    

     Mataram, 10/2 (ANTARA) - Perusahaan tambang tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara  Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Barat mensponsori lomba "barapan Kebo" yang digelar masyarakat di Kecamatan Sekongkang Minggu (12/2).

     Senior Media Relations PT Newmont Nusa Tenggara  (NNT) Baiq Idayani di Mataram, Jumat mengatakan, lomba "Barapan Kebo" atau balapan kerbau itu dilaksanakan masyarakat yang dirangkai dengan acara menangkap "nyale" (sejenis caning laut) pada Minggu dinihari, sementara Barapan Kebo digelar mulai pukul 10.00 hingga 15.00 Wita.

   

     "Lomba barapan kebo tersebut dilaksanakan oleh masyarakat termasuk acara menangkap nyale, kami hanya mensponsori, seperti menyediakan hadiah untuk para pemenang lomba termasuk menyiapkan arena balapan," katanya.

      Menurut dia, ini merupakan salah wujud perhatian manajemen PTNNT dalam melestarikan tradisi masyarakat di Sumbawa Barat dan diharapkan bisa menjadi salah satu daya tarik wisata.

       "Sebagai wujud kemitraan perusahaan dengan masyarakat kami akan terus memberikan dukungan terhadap kegiatan yang dilaksanakan termasuk dalam rangka melestarikan tradisi dan seni budaya yang ada di daerah ini," katanya.    

       Barapan kebo merupakan tradisi masyarakat agraris Sumbawa termasuk Sumbawa Barat yang hingga kini masih hidup di "Tana Samawa" (nama lain Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat). Tradisi ini digelar masyarakat Suku Samawa setiap menjelang musim tanam.

       Selain sebagai pesta menyambut datangnya musim tanam yang digelar besar-besaran pada lahan sawah yang akan ditanami. Tradisi adu cepat kerbau yang kerap digelar di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat ini juga diselenggarakan untuk mengolah tanah sawah agar mudah ditanami.

       HL Muhadli, budayawan yang juga Ketua Lembaga Adat Sumbawa Barat, mengatakan, tradisi barapan kebo diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat Sumbawa yang merupakan kebiasaan warisan leluhur Suku Samawa. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan sebagai penghibur ketika musim hujan tiba yang selalu diikuti dengan musim tanam padi.

       Saat hujan turun, sawah-sawah digenangi air. Pada saat inilah para petani mulai berbondong-bondong mengolah sawah-sawah mereka untuk ditanami, mulai dari membersihkan rumput dan tanaman liar lain, hingga menggemburkan tanah sawah dengan cara membajaknya. Kerbau menjadi hewan utama untuk membantu petani membajak sawah.

       Masyarakat kemudian berbondong-bondong membawa ternak kerbau mereka, turun ke sawah-sawah. Kegiatan membajak sawah tentulah merupakan kegiatan yang melelahkan. Karena itu, dalam kondisi fisik yang lelah dan jenuh, para petani membutuhkan hiburan.

       Naluri seni masyarakat pun akhirnya menginspirasi kegiatan hewan-hewan ini untuk dijadikan hiburan sebagai wujud kegembiraan pada musim tanam padi. Tradisi ini kemudian menjadi pesta rakyat yang dikenal dengan barapan kebo. Kerbau-kerbau yang sebelumnya berfungsi hanya untuk membajak sawah ini akhirnya menjadi penghibur bagi masyarakat.

       Pada sawah-sawah yang hendak ditanami, secara bergantian kerbau-kerbau milik masyarakat akan beradu cepat dari satu sawah ke sawah lainnya. Kegiatan ini terus dilakukan secara turun-temurun dan menjadi budaya atau tradisi bagi masyarakat Samawa. Setelah fungsinya tidak lagi hanya membajak sawah, tetapi sebagai hiburan, kegiatan ini dipoles dengan cita rasa seni masyarakatnya.

      Menurut Muhadli, hewan yang dikenal lamban ini pun akhirnya diadu untuk bisa berlari cepat saling mendahului satu sama lainnya. Dalam perkembangannya, untuk lebih menertibkan jalannya kegiatan adu cepat kerbau ini karena telah berfungsi pula sebagai hiburan, maka dibuatlah aturan pertandingannya.(*)