PEMERHATI BURUH MIGRAN DESAK POLISI SEGERA OTOPSI TIGA TKI LOMBOK

id

     Mataram, 23/4 (ANTARA) - Pemerhati buruh migran mendesak polisi segera otopsi tiga jenasah Tenaga Kerja Indonesia asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang dilaporkan tewas ditembak di Negeri Sembilan, Malaysia, 24 Maret 2012, namun kondisi jasadnya mencurigakan.

     "Kami terus desak polisi agar segera otopsi ketiga jenasah TKI itu karena sanak keluarganya sudah menginzinkan," kata Koordinator Koslata Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Saleh, di Mataram, Senin.

     Ketiga TKI korban tewas itu yakni Mad Noor (28), warga Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, dan Herman (34) serta Abdul Kadir Jaelani (25). Herman dan Jaelani merupakan paman dan keponakan, warga Dusun Pancor Kopong Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lotim.     

     Koslata NTB merupakan LSM jaringan Migrant Care yang ada di wilayah NTB. Koslata berperan mengadvokasi kasus buruh migran, sehingga terlibat aktif mendampingi sanak keluarga tiga TKI yang tewas di Malaysia itu.

     Koslata mendesak polisi dan pemerintah daerah di Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur, sementara Migrant Care bergerak di pusat, dan gencar berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, terkait desakan otopsi tiga TKI itu.

     Saleh mengatakan, pihaknya sudah mengutus Rudjito M W, guna mendampingi perwakilan sanak keluarga ketiga TKI itu, untuk melaporkan dugaan pencurian organ tubuh sekaligus permohonan otopsi.

     Pada Senin (23/4) pagi, H Maksum (52) selaku ayah dari Herman, dan Nurmawi (45) selaku kakak dari Mad Noor, dan perwakilan keluarga dari Abdul Kadir Jaelani, mendatangi SKPT Polda untuk melaporkan kejanggalan jasad ketiga TKI itu sekaligus meminta dilakukan otopsi guna memperjelas penyebab kematian.

     Selain aktivis Koslata NTB, perwakilan sanak keluarga tiga TKI itu juga didampingi Kepala Seksi Perlindungan dan Penempatan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonensia (BP3TKI) NTB M Saleh.

     Sanak keluarga ketiga TKI yang tewas itu, menduga ada indikasi praktik jual-beli organ tubuh, karena adanya jahitan pada kedua mata, di dada dan perut korban. Mata dan organ dalam jasad itu diduga telah diambil.     

     Dugaan tersebut, merujuk kepada penuturan Hirman, salah seorang anggota keluarga dari Abdul Kadir Jaelani, yang melihat langsung kondisi jasad ketika TKI korban penembakan itu, sebelum dikafani dan dimasukkan kedalam kotak, saat berada di Rumah Sakit Port Dickson Malaysia, kemudian diterbangkan ke Indonesia.

     Ketiga jasad TKI yang bekerja sebagai buruh bangunan di Negeri Sembilan, Malaysia itu, tiba di kampung halamannya, Rabu (5/4), lalu dikuburkan sanak keluarganya di pekuburan keluarga di Pancor Kopong.

     Hirman juga merupakan utusan keluarga ketiga TKI itu untuk mengambil jasad korban tewas, di Malaysia, kemudian menceritakan kejanggalan yang ditemuinya itu, kepada pejabat Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transimigrasi (STT) Lombok Timur, BP3TKI NTB, LSM Koslata NTB dan lembaga Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI).   

     Kejanggalan pada tubuh ketiga jasad TKI NTB itu juga sudah ditindaklanjuti Pemerintah Provinsi NTB yang menyurati KBRI dan Kementerian Luar Negeri serta BNP2TKI, guna mempertanyakan kronologi kematian tersebut.

     Menurut Saleh, hasil koordinasi Migrant Care dengan pejabat terkait di Kementerian Luar Negeri, sore ini diperoleh informasi bahwa Kemlu juga ingin otopsi segera dilakukan.

     "Kemlu mendasari keinginan sanak keluarga korban, makanya harus segera dilakukan otopsi, dan itu kewenangan polisi atas persetujuan keluarga ketiga TKI. Tentu kami berharap pemerintah daerah juga gencar berkoordinasi dengan polisi terkait otopsi itu," ujarnya. (*)