MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN AIRASIA MALAYSIA Oleh Anwar Maga

id

MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN AIRASIA MALAYSIA Oleh Anwar Maga

     "Inilah manajemen AirAsia Malaysia, ada 500 orang lebih yang bekerja di gedung ini," kata Philip Gan, Branding Commercial AirAsia Malaysia, ketika berdialog dengan Forum Wartawan Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menyambangi kantor pelayanan utama AirAsia Malaysia di Bandara LCCT (Low Cost Carrier Terminal), di Kuala Lumpur.

     Kunjungan sebanyak 26 orang wartawan dari berbagai media massa di wilayah NTB, ke Bandara LCCT Kuala Lumpur itu, dilakukan di sela-sela lawatan ke Negeri Selangor, Malaysia, 31 Oktober hingga 4 November 2012, guna melihat dari dekat kondisi kehidupan para TKI asal NTB.

     Lawatan Forum Wartawan Pemprov NTB itu, memang dimulai dari Sime Darby Plantation Academy (SDPA) di Carey Island, sekitar tiga jam perjalanan menggunakan bus dari arah Kuala Lumpur, ibukota negara Kerajaan Malaysia.

     Peninjauan kehidupan TKI di markas Sime Darby dilakukan sejak 1 hingga 2 November, kemudian dilanjutkan di markas Felda Plantations hingga 3 November 2012, dan keesokan harinya bertolak dari Kuala Lumpur menuju Jakarta, Indonesia. 

     Markas Sime Darby dan Felda Plantations masih dalam wilayah Negeri Sembilan, Malaysia, dan untuk menjangkau kedua wilayah itu, harus melewati sebagian wilayah Kuala Lumpur, karena beda arah.

     Forum Wartawan Pemprov NTB merasa perlu menyambangi kantor pelayanan utama AirAsia Malaysia guna melihat dari dekat aktivitas pekerja di maskapai penerbangan berbiaya murah itu, mengingat sejak 12 Oktober 2012, AirAsia telah membuka rute penerbangan Kuala Lumpur ke Lombok, NTB.

     Rute penerbangan Kuala Lumpur-Lombok itu merupakan rute terbaru dan menjadi bagian dari 15 rute AirAsia dari Malaysia menuju Indonesia. Kini, masih menggunakan pesawat AirAsia jenis Airbus A320 yang mengangkut 180 orang penumpang.

     Secara keseluruhan terdapat 17 rute penerbangan AirAsia dari Malaysia, dan sebanyak 15 rute diantaranya bertolak dari Kuala Lumpur ke sejumlah bandara di Indonesia, dan masing-masing satu rute dari Penang dan Kota Kinabalu.

     Sementara ini rute Kuala Lumpur-Lombok terlayani tiga kali seminggu yakni setiap Rabu, Jumat dan Minggu.

     Meskipun belum lama membuka rute penerbangan itu, telah lebih dari 9.000 kursi (tiket) terjual. Apalagi, masih diberlakukan tiket promo seharga Rp299.000 untuk penerbangan periode 12 Oktober 2012 – 22 Mei 2013, sebagaimana diungkapkan Commercial Director dari AirAsia Bhd Jasmine Lee, beberapa hari lalu.

     Bahkan, AirAsia juga menawarkan paket wisata "AirAsiaGo" yakni paket wisata dengan akomodasi mulai dari Rp899.000 untuk menginap tiga hari dua malam, termasuk penerbangan pulang pergi keLombok, serta transportasi dari/ke bandara LCCT di Kuala Lumpur mulai dari Rp145.000, asalkan pemesanannya jauh-jauh hari sebelumnya.

     Sebagian wartawan NTB yang melawat ke Malaysia itu, juga telah "menikmati" sensasi penerbangan langsung dari Bandara Internasional Lombok (BIL) menuju Bandara LCCT Kuala Lumpur, menggunakan AirAsia, selama tiga jam 10 menit, pada 31 Oktober 2012, dan kembali melalui rute yang sama pada 4 November 2012.

     Sebagiannya lagi dari total 26 orang wartawan, menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, dari BIL transit di Jakarta. Namun, tidak menggunakan Bandara LCCT Kuala Lumpur.    

     Bandara di Kuala Lumpur ada dua, yaitu LCCT Airport dan KLIA (Kuala Lumpur International Airport). LCCT Airport dan KLIA airport jaraknya sekitar 70 kilometer dari kota Kuala Lumpur. Jarak tempuh antarkedua bandara itu sekitar 20 menit perjalanan naik mobil atau bus.

     Hanya saja, LCCT Airport lebih dikhususkan sebagai bandara khusus pesawat komersil berbiaya murah seperti AirAsia saja. Sedangkan KLIA Airport merupakan bandara untuk pesawat komersil lainnya seperti KLM, Singapore Airlines, Garuda Indonesia, Lion Air, dan maskapai penerbangan lainnya.

     Tampilan kedua bandara itu pun jauh berbeda. KLIA Airport merupakan bandara yang besar, megah dan dikabarkan pernah berkali-kali mendapat penghargaan sebagai bandara terbaik. Sedangkan Bandara LCCT tampak biasa atau jauh dari modernisasi namun terlihat bersih dan asri.

      Ketika berdialog dengan Forum Wartawan NTB di salah satu ruang pertemuan di LCCT Kuala Lumpur, Philip mengungkapkan bahwa AirAsia terbagi dalam enam manajemen, yakni AirAsia yang berbasis Malaysia, Jepang, Thailand, Philipina, Indonesia, dan manajemen AirAsia X (mengelola pesawat berbadan lebar).

     Air Asia X merupakan anak perusahaan AirAsia, yang di luncurkan 2007 ketika induk perusahaannya menjalin kerjasama dengan Fly Asian Express.

     Dari jalinan kerja sama itu, AirAsia X menerima armada Airbus A330-200, A330-300, A340-200,A340-300 dan melayani penerbangan dari Kuala Lumpur ke New Delhi, Mumbai, Chengdu, Perth, Gold Coast, Melbourne, Taipei, London, Paris, Teheran, Hangzhou(Shanghai), Seoul, Tokyo, Beijing dan Christchurch.

     "Di Bandara LCCT ini, setiap hari ada sekitar 30 ribu orang yang datang ke sini untuk melakukan perjalanan ke berbagai negara, termasuk ke Lombok, dengan lebih dari 100 unit pesawat AirAsia. Khusus untuk rute Kuala Lumpur-Lombok, pelayanannya oleh manajemen AirAsia Malaysia, tidak ada kaitannya dengan AirAsia Indonesia yang berbasis di Jakarta," ujar Philip yang didampingi Nazatul Ekma Mokhtar, Communicatios AirAsia Malaysia. {jpg*5}

     Usai berdialog, rombongan wartawan NTB diperbolehkan memasuki ruang kerja manajemen AirAsia Malaysia yang berada di lantai dua Bandara LCCT Kuala Lumpur.

     Namun, ruang kerja itu berbentuk aula yang cukup luas yang ditempati berbagai unit kerja tanpa dinding pemisah. Antarunit kerja hanya dipisahkan oleh meja kerja tanpa sekat, sehingga seluruh pekerja dapat saling berkomunikasi tanpa penghalang dinding atau tembok.

     "Inilah cara kerja kami, semuanya transparan, namun masing-masing unit kerja bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya," ujar Nazatul menambahkan.

     Diakhir kunjungan ke Bandara LCCT itu, rombongan wartawan NTB diperkenankan meninjau Akademi AirAsia, tempat pelatihan pilot dan awak kabin, yang berjarak sekitar satu kilometer dari Bnadara LCCT.

     Di lokasi itu, wartawan diperbolehkan melihat dari dekat simulator pesawat Air Bus A320, dan jenis pesawat lainnya dalam pengelolaan AirAsia Malaysia.

Pasar Lombok

     Philip juga mengungkapkan bahwa AirAsia Malaysia akan menambahkan frekuensi penerbangan pada rute Kuala Lumpur-Lombok, dari tiga kali seminggu menjadi empat kali. Namun, hal itu baru akan diwujudkan di 2013 dan itu pun jika telah mendapat tambahan pesawat.

     "Kami akan tambah penerbangan ke Lombok, tapi tahun depan kalau dapat tambahan pesawat. Kami cukup konsen terhadap pasar di Lombok," ujarnya.

     Dia mengakui, perhatian terhadap rute penerbangan langsung ke Lombok itu, erat kaitannya dengan jalinan kerja sama yang telah dibangun manajemen AirAsia Malaysia dengan Pemprov NTB yang dalam implementasinya melibatkan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB.

     Manajemen AirAsia Malaysia dan Pemprov NTB telah menyepakati mekanisme pemanfaatan dana pemasaran (market fund) sebesar Rp300 juta untuk pembiayaan promosi pariwisata melalui maskapai penerbangan.

     Kesepakatan itu dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani perwakilan ke dua belah pihak, setelah "landing" perdana pesawat AirAsia di BIL, 12 Oktober 2012. MoU itu ditandatangani Wakil Gubernur NTB H Badrul dan CEO AirAsia Malaysia Aireen Omar.

     Pemprov NTB menyediakan anggaran sebesar Rp300 juta untuk pembiayaan promosi pariwisata selama enam bulan, sedangkan AirAsia mempromosikan potensi pariwisata antara lain  melalui travel magazine, baliho, billboard, online advertising, sosial network, pesan singkat (SMS) broadcasting dan media lainnya.

     "Kami ada kerja sama dengan Pemprov NTB, karena itu Lombok menjadi perhatian kami dan diupayakan semuanya berjalan sesuai rencana, dan jalinan kerja sama yang sudah terbangun," ujarnya.

     Pada kesempatan itu, Philip juga langsung menanggapi keluhan sejumlah pengelola Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) yang beroperasi di wilayah NTB, dan telah cukup lama mengirim TKI untuk bekerja di ladang perkebunan Sime Darby Sdn Bhd (swasta nasional) Malaysia, dan Felda Plantations Sdn Bhd (perusahaan milik Kerajaan Malaysia).

     Sejumlah pengelola PPTIKS itu ikut dalam rombongan wartawan NTB saat menyambangi kantor pelayanan utama AirAsia di Bandara LCCT Kuala Lumpur.   

     Keluhan tersebut berupa kesulitan PPTKIS dalam pemesan tiket untuk para calon TKI secara berkelompok minimal 10 orang, yang harus segera ditebus agar dapat segera diberangkatkan dengan AirAsia pada rute Kuala Lumpur-Lombok.

     Hal itu dianggap masalah oleh PPTIKS NTB karena ada kemungkinan tiket pesanan atas nama calon TKI yang sudah disebutkan namanya, batal berangkat sehingga merugikan pihak PPTKIS selaku pemesan tiket.

     Pihak PPTKIS NTB itu mendapat informasi seperti itu dari manajemen AirAsia Indonesia yang berbasis di Jakarta.

     Menanggapi keluhan itu, Philip mengungkapkan bahwa untuk penerbangan Kuala Lumpur-Lombok atau sebaliknya, ditangani langsung oleh manajemen AirAsia Malaysia, sehingga tidak ada kaitannya dengan manajemen AirAsia Jakarta.

     "Kami bolehkan pesanan tiket untuk grup minimal 10 orang sejak beberapa bulan sebelumnya, tanpa menyebut nama calon penumpangnya. Tetapi tiga atau empat hari menjelang berangkat harus segera memutuskan nama-nama calon penumpangnya agar dapat direkap oleh sistem. Kami akan bantu," ujarnya.

     Bahkan, tambah Philip, manajemen AirAsia Malaysia cukup fokus terhadap pemberangkatan dan pemulangan TKI asal Lombok dan Sumbawa NTB, sehingga cukup fleksibel dalam pengaturan tiket, berikut harganya.

     Dengan demikian, ada kemudahan bagi penempatan TKI NTB di Malaysia, dan NTB pun berpotensi dikunjungi wisatawan dari berbagai negara yang datang melalui Malaysia, selain Singapura yang sudah ada penerbangan langsung ke Lombok menggunakan Silk Air. 

     Bagi Pemprov NTB dan pelaku usaha, AirAsia telah memberi dukungan atas upaya menjadikan Bandara Lombok sebagai pintu masuk pariwisata (gate tourisme), sekaligus memotivasi peningkatan target kunjungan wisatawan.

     Selain itu, jika penerbangan langsung Kuala Lumpur-Lombok berkelanjutan, maka Malaysia bukan hanya negara tujuan TKI NTB, tetapi juga tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, selain tujuan wisata.

     Semoga penerbangan langsung itu berlanjut, bahkan semakin ditingkatkan, sebagaimana janji manajemen AirAsia Malaysia. (*)