Pemprov NTB revitalisasi empat rumah potong hewan

id Revitalisasi RPH, dukungan Ditjen Peternakan Kemtan, NTB

"Sekarang sedang ditenderkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) barang dan jasa Pemprov NTB," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB Hery Erpan Rayes.
Mataram (Antara Mataram) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merevitalisasi empat unit rumah potong hewan (RPH) yang ada di Pulau Lombok dan Sumbawa, agar dapat meningkatkan hasil produksi daging.

"Sekarang sedang ditenderkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) barang dan jasa Pemprov NTB," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB Hery Erpan Rayes, di Mataram, Minggu.

ULP merupakan wadah penerapan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sebagai salah satu gagasan dalam membangun layanan e-procurement (e-proc) dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, guna mencegah praktik KKN (korupsi kolusi dan nepotisme).

ULP Pemprov NTB itu dilengkapi fasilitas komputerisasi berkapasitas 1.073 Giga bite, guna mengimplementasikan layanan pengadaan barang dan jasa melalui internet.

Pengadaan ULP atau Sekretariat LPSE beserta fasilitas pendukungnya yang nilainya hampir Rp200 juta itu, merupakan bantuan Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Australia (AusAID).

Hery mengatakan, program revitalisasi empat unit RPH itu mendapat dukungan anggaran sebesar Rp8 miliar yang dialokasikan Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian (Kemtan) tahun anggaran 2013.

Empat unit RPH yang direvitalisasi itu, yakni RPH Banyumulek, di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, dan RPH Pana To`i, Kecamatan Rasanae, Kota Bima, RPH Ruminansia di Kabupaten Lombok Utara, dan RPH Ruminansia di Kabupaten Lombok Timur.

"RPH Banyumulek dan Pana To`i direhabilitasi infrastrukturnya, sementara RPH Ruminasia di Lombok Barat dan Lombok Timur direnovasi," ujarnya.

Hery mengatakan, nilai proyek rehabilitasi RPH Banyumulek sebesar Rp292,9 juta, dan nilai proyek rehabilitasi RPH Pana To`i sebesar Rp849,4 juta.

Sedangkan, nilai proyek renovasi dan pembangunan RPH Ruminansia Kabupaten Lombok Utara sebesar Rp624,56 juta, dan nilai proyek renovasi dan pembangunan RPH Ruminansia Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp624,56 juta.

Keempat paket proyek revitalisasi baik rehabilitasi maupun renovasi itu ditenderkan sejak 28 Jun hingga 4 Jul 2013.

"Kami berharap semuanya berjalan lancar agar NTB segera memiliki RPH yang representatif di banyak lokasi," ujar Hery.

Menurut dia, dukungan dana revitalisasi RPH dari Dirjen Peternakan Kemtan merupakan tindaklanjut atas permintaan Pemprov NTB, yang bertekad merevitalisasi semua RPH secara bertahap, agar dapat menampung hasil produksi ternak potong yang semakin bertambah.

Revitalisasi RPH menjadi program prioritas sub sektor peternakan, guna memotivasi peternak meningkatkan produksi.

"Arah minat masyarakat NTB untuk terus mengembangbiakan sapi dan ternak potong lainnya juga harus diantisipasi di tingkat pemasaran. Minimal, selalu ada pihak yang menampung hasil produksi ternak itu," ujarnya.

Pemprov NTB kemudian memprogramkan revitalisasi RPH dengan harapan hasil produksi ternak sapi itu dapat diakomodir. Program itu juga didukung Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian.

Sejauh ini sudah empat RPH yang tersentuh program revitalisasi, yakni RPH Benyumulek (Lombok Barat), RPH Bangkong (Sumbawa), RPH Pototano (Sumbawa Barat) dan RPH Majeluk (Kota Mataram).

Kemudian diprogram revitalisasi empat RPH lagi, dan upaya itu diyakni akan semakin menyukseskan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang dicanangkan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, karena peternak juga semakin termotivasi.

Revitalisasi RPH itu merupakan bagian dari implementasi program NTB-BSS yang dicanangkan sejak akhir 2008, dengan target populasi satu juta ekor di akhir 2013.

Program BSS itu juga merupakan bagian dari upaya mencapai swasembada daging pada 2014, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

NTB sendiri telah mampu memproduksi 35 ribu ekor setiap tahun, yang melebihi kebutuhan daerah, sehingga diandalkan pemerintah pusat sebagai salah satu daerah sentra produksi daging.

Kebutuhan daging sapi masyarakat NTB tercatat sebanyak 13.700 ton setiap tahun, sementara produksinya sudah mencapai 16.800 ton, sehingga surplus sekitar 5.000 ton.

Pemprov NTB mengklaim, setelah empat tahun program BSS dilaksanakan, populasi ternak sapi di NTB terus bertambah hingga mencapai 916.560 ekor sampai penghujung 2012, atau hampir mencapai target program Bumi Sejuta Sapi (BSS) di akhir 2013, atau bertambah sebanyak 370.446 ekor dari angka awal penerapan NTB-BSS yakni 546.114 ekor. (*)