Bahasa daerah merupakan sokoguru Bahasa Indonesia

id Bahasa daerah,Bahasa Indonesia,Soko guru Oleh Nirkomala

Bahasa daerah merupakan sokoguru Bahasa Indonesia

Siswa SDN 1 Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggunakan baju adat Suku Sasak di Pulau Lombok yakni baju adat "lambung" untuk siswa perempuan dan baju adat "pegon" untuk laki-laki, sebagai bagian memperkenalkan budaya dan bahasa daerah. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Padahal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24/2009, tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, sudah jelas tentang tata cara penggunaan bahasa Indonesia.

Bahkan dalam forum luar negeri pun kita harus menggunakan bahasa Indonesia.

Terkait dengan itu, jika mengacu pada Undang-Undang tersebut, maka semua harus tertib menggunakan bahasa Indonesia, baik untuk petunjuk arah, papan nama gedung, fasilitas umum, dan lainnya.

Trigatra Bangun Bahasa harus tetap menjadi acuan, yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Di sisi lain, ancaman eksistensi bahasa Indonesia juga dipengaruhi karena perkembangan pariwisata. Pasalnya, pariwisata bisa lebih dikenal jika menggunakan bahasa asing.

Kondisi itu terjadi karena rata-rata investor di bidang pariwisata merupakan orang asing. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama sebab kondisi ini tidak hanya di NTB melainkan di seluruh daerah juga mengalami kondisi serupa.

Karenanya, pihak pariwisata hendaknya bisa tahu amanah Undang-Undang 24/2009 agar penataan dan penamaan pada instansi pemerintah dan swasta bisa menggunakan bahasa Indonesia.

Terkait dengan itu, upaya meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia di Daerah NTB, saat ini dilakukan pendampingan terkait bagaimana bahasa di ruang publik, papan nama pemerintah dan lembaga terhadap 45 lembaga terdiri atas 15 lembaga pemerintah, 20 pendidikan, dan 10 swasta.

Pendampingan dilakukan untuk perbaikan terhadap penerapan Trigatra Bangun Bahasa.

Misalnya, pada satu papan nama lembaga harus menuliskan nama dengan Bahasa Indonesia dengan ukuran huruf lebih besar, kemudian bahasa daerah, dilanjutkan dengan bahasa asing yang ukuran huruf lebih kecil.