"Di tahun ini umat Islam bisa kembali merayakan malam takbiran dan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Bisa mudik, bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Merayakan hari kemenangan, bukan hanya untuk umat islam saja, tetapi dengan saudara sebangsa dari berbagai pemeluk agama lainnya, untuk merajut persaudaraan dalam bingkai kemanusiaan dan kebangsaan.
Dalam kegiatan itu, hadir Pendeta Gilbert Lumoindong dan Panglingsir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana.
Bahkan para pemuka agama hindu dari Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar membawakan meriam bambu dan beduk, untuk mengiringi gema takbir yang dikumandangkan para santri dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bali.
Bamsoet menjelaskan di kalangan umat Islam Indonesia, dikenal kalimat hubul wathon minal iman, mencintai Tanah Air adalah bagian dari keimanan. Al-wathon bisa dimaknai tanah air tempat hidup, tetapi juga bisa dimaknai sebagai sekumpulan masyarakat yang mempunyai cita-cita bersama, mempunyai komitmen dan konsensus untuk hidup bersama sebagai sebuah kesatuan bangsa.
"Mencintai al-wathon atau mencintai Tanah Air berkonsekuensi kepada kewajiban untuk menjaga, merawat dan memakmurkan. Karenanya, kalimat hubul wathon minal iman menyemangati dan menjadi pengikat, menjadi pesan keagamaan yang sangat mendalam bagi umat Islam untuk berkontribusi bagi bangsa. Mewujudkan cita-cita yang ingin kita capai bersama, yaitu baldatun, thoyyibatun, wa robbun ghoffur," jelas Bamsoet.
Baca juga: Umat Hindu, Buddha, dan Kristen mengikuti pawai malam takbiran di Mataram
Baca juga: Ribuan umat Muslim di Kota Mataram ikut pawai takbiran sambut Idul Fitri
Selain itu kata dia, baldatun, thoyyibatun, wa robbun ghoffur memiliki makna, harus menjadi bangsa yang baik, bangsa yang mulia, bangsa yang ber-peradaban, bangsa unggul tetapi tetap rendah hati.
"Bangsa yang rendah hati, adalah bangsa yang selalu menjalin silaturahmi. Merawat persatuan bangsa dengan cara memelihara kerukunan sesama warga bangsa," katanya menegaskan.
Selain itu kata dia, baldatun, thoyyibatun, wa robbun ghoffur memiliki makna, harus menjadi bangsa yang baik, bangsa yang mulia, bangsa yang ber-peradaban, bangsa unggul tetapi tetap rendah hati.
"Bangsa yang rendah hati, adalah bangsa yang selalu menjalin silaturahmi. Merawat persatuan bangsa dengan cara memelihara kerukunan sesama warga bangsa," katanya menegaskan.