Pencemaran Sungai di Mataram Melampaui Baku Mutu

id Pencemaran Sungai Mataram

"Kalau boleh dikatakan tingkat pencemarannya sudah sangat parah, terutama dari bakteri ecoli yang diakibatkan prilaku buang air besar masyarakat,"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Mataram, NTB Muhammad Saleh mengungkapkan tingkat pencemaran air sungai di wilayah itu sudah melampaui baku mutu yang ditetapkan.

"Kalau boleh dikatakan tingkat pencemarannya sudah sangat parah, terutama dari bakteri ecoli yang diakibatkan prilaku buang air besar masyarakat," kata Muhammad Saleh di Mataram, Minggu.

Ia menjelaskan, jika merujuk pada baku mutu bakteri ecoli 1.000/100 mili meter. Namun, kenyataannya tingkat pencemaran ecoli sungai-sungai di kota Mataram, mencapai 1 juta per mili meter atau sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan.

"Itu baru dari pencemaran bakteri ecoli, belum parameter bakteri lain yang mencapai 2,4 juta per 100 mili meter," katanya.

Saleh menyatakan selain prilaku masyarakat yang masih senang buang air besar di sungai, rendahnya kondisi air di Kota Mataram juga tidak terlepas karena buang sampah sembarangan yang dilakukan masyarakat.

"Karena banyak buang sampah membuat pencemaran yang luar biasa, sehingga berpengaruh terhadap kondisi air di sungai," terangnya.

Diakui Saleh, pihaknya sendiri tidak habis pikir prilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sungai, meski sebetulnya Pemerintah Kota Mataram sudah menyediakan fasilitas pembuangan maupun petugas keliling yang bertugas mengambil sampah masyarakat.

"Keterlaluan masyarakat kota ini, sampai springbet (kasur) di buang ke sungai," ucapnya.

Karena itu, menurut dia, seharusnya persoalan sampah harus menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat. Sebab, diakuinya, sejak dua tahun terakhir persoalan sampah masih menjadi isu yang hangat dan diperbincangkan di tengah masyarakat.

"Kami tahu pengelolaan sampah di Mataram ini dilakukan dua instansi, yakni Dinas Kebersihan dengan pola kumpul, buang dan angkut. Sedangkan BLH dilakukan dengan pemberdayaan dan pengelolaan sampah," jelasnya.

Dalam artian, jelas Saleh, sampah bisa menjadi komoditi untuk bisa meningkatkan ekonomi masyarakat atau dari sampah bisa menjadi uang. Melalui operasional bank sampah.

Untuk itu pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Mataram untuk menjaga dan tidak membuang sampah ke sungai. Termasuk tidak membuang air besar di sungai.

"Sampah dari hasil rumah tangga saja di Kota Mataram ini 1.300 meter kubik per hari atau 400 ton sehari. Kalau ini tidak diatasi segera maka Kota Mataram akan mengalami darurat sampah," tandas Saleh. (*)