Legislator Pertanyakan Dana Aspirasi di DPRD NTB

id ASPIRASI DPRD NTB

"Kita ini sama-sama terpilih menjadi wakil rakyat di DPRD. Tetapi, kenapa ada kesan perbedaan di lembaga legislatif ini,"
Mataram (Antara NTB) - Sejumlah anggota DPRD Nusa Tenggara Barat mulai mempertanyakan transparansi penggunaan dana aspirasi di DPRD NTB yang dianggap cenderung memihak.

"Saya sangat menyesalkan terjadinya friksi di DPRD NTB ini, terutama terkait penggunaan dana aspirasi," kata anggota DPRD HMS Kasdiono di Mataram, Rabu.

Menurut Kasdiono, pascaterpilih menjadi anggota legislatif dalam pemilu 2014 dan kini duduk di DPRD NTB, pihaknya merasa ada ketidakcocokan dan unsur ketidakadilan dalam penggunaan dana aspirasi itu.

Salah satu contoh, sebut Kasdiono, adalah saat pihaknya mendapatkan dana aspirasi untuk memberikan terop (tenda) dan kursi sesuai keinginan warga, tetapi justru yang datang ke lingkungan adalah alat musik drumben.

"Ini kan sudah tidak benar, saat konstituen minta diberikan bantuan terop dan kursi untuk dipakai kegiatan lingkungan, justru yang diberikan peralatan `drum band`," ujar politisi Partai Demokrat ini.

Hal ini berbeda jika yang meminta itu adalah anggota DPRD NTB, yang telah lama duduk di lembaga legislatif.

"Mestinya tidak boleh yang seperti ini terjadi di DPRD NTB," tegas Kasdiono.

Senada dengan Kadiono, politisi Partai Nasdem Hj Suryahartin juga mempertanyakan tidak adilnya penggunaan maupun pengelolaan dana aspirasi terutama antara yang baru masuk menjadi anggota DPRD dengan yang sudah lama menjadi anggota.

"Kita ini sama-sama terpilih menjadi wakil rakyat di DPRD. Tetapi, kenapa ada kesan perbedaan di lembaga legislatif ini," ucap Suryahartin.

Menurut dia, pemberiaan bantuan ke masyarakat melalui dana aspirasi murni atas dasar masukan yang disampaikan warga ke anggota legislatif, bukan atas dasar keinginan pribadi anggota DPRD.

Namun, setelah itu mendapat respons ternyata yang diberikan lain. Misalnya, pihaknya akan membantu penambahan ruang kelas di daerah Sembalun dan Suela Kabupaten Lombok Timur, yang datang justru alat musik.

"Masyarakat meminta ada penambahan ruang kelas di sekolah, malah yang diberikan peralatan drum band. Kalau sudah seperti ini bukan kami saja yang kecewa, masyarakat pun kecewa," katanya. (*)