Kapal Pesiar ke Lembar Menurun 55 Persen

id Pelindo Kapal Pesiar

Kapal Pesiar ke Lembar Menurun 55 Persen

Dokumen - Wisatawan penumpang Kapal MV Seabourn Encore turun dari kapal di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB. (ANTARANews NTB/ist)

"Pada Desember 2017 tidak ada sama sekali kapal pesiar yang datang membawa ribuan wisatawan"
Lombok Barat (ANTARANews NTB) - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) III Cabang Lembar mencatat jumlah kapal pesiar ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, melalui Pelabuhan Lembar sebanyak 8 kali pada 2017, menurun 55 persen dibanding 2016.

"Jumlah kapal pesiar yang singgah di Pelabuhan Lembar pada 2016 sebanyak 18 kapal, tapi pada 2017 hanya 8 kapal," kata General Manager Pelindo III Cabang Lembar Baharuddin di Lombok Barat, Rabu.

Ia mengatakan berkurangnya jumlah kapal pesiar yang singgah juga berdampak terhadap penurunan jumlah penumpang atau wisatawan dari 52.944 orang pada 2016 menjadi 8.745 orang pada 2017.

Penurunan tersebut disebabkan karena faktor cuaca yang kurang bagus di perairan Indonesia, khususnya pada Desember 2017. Berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya jumlah kapal pesiar yang singgah sebanyak 3 kapal.

"Tapi pada Desember 2017 tidak ada sama sekali kapal pesiar yang datang membawa ribuan wisatawan," ujarnya.

Penyebab lain, menurut Baharuddin, yakni adanya kapal pesiar yang langsung menuju Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, tanpa melalui Pelabuhan Lembar yang merupakan terminal resmi bagi kapal pesiar dari berbagai negara.

Dari informasi yang diperoleh, jumlah kapal pesiar yang langsung ke Gili Trawangan pada 2017 sebanyak 3 kapal. Rata-rata setiap kapal membawa 1.000 orang wisatawan.

Pria kelahiran Kabupaten Bima ini mengaku tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pelarangan terhadap kapal pesiar yang langsung menuju pulau destinasi wisata terkenal di dunia itu.

"Kami hanya bisa berharap kepada pihak terkait untuk memberikan perhatian serius terhadap adanya kapal-kapal pesiar berukuran besar yang langsung jangkar di Gili Trawangan," ucapnya pula.

Perlunya memberi perhatian, menurut dia, karena Gili Trawangan merupakan kawasan konservasi sekaligus destinasi wisata yang sudah menjadi ikon pariwisata NTB.

Jika kawasan konservasi tersebut terus didatangi kapal pesiar berukuran relatif besar dikhawatirkan akan mempengaruhi kelestarian ekosistem perairan laut Gili Matra (Gili Air, Meno dan Trawangan).

"Jangan sampai di area tidak resmi kapal pesiar berpenumpang ribuan wisatawan boleh berlabuh. Kita harus pikirkan masa depan pariwisata Lombok yang sedang berkembang," kata Baharuddin. (*)