Pemprov NTB Minta Maaf Keributan di Lombok Marathon

id LOMBOK MARATHON, RICUH, MAAF

Kami sampaikan permohonan maaf kepada peserta atas apa yang telah terjadi pada penyelenggaraan Lombok Marathon
Mataram (Antaranews.com) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Pariwisata dan KONI menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh peserta atas insiden keributan yang terjadi pada penyelenggaraan Lombok Marathon yang berlangsung Minggu (28/1).

"Kami sampaikan permohonan maaf kepada peserta atas apa yang telah terjadi pada penyelenggaraan Lombok Marathon," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB Lalu Moh Faozal didampingi Ketua KONI NTB Andy Hadianto dan Kepala Dinas Informasi dan Statistik NTB Tri Budiprayitno di Mataram, Senin.

Menurut Faozal, apa yang terjadi saat penyelenggaraan Lombok Marathon di luar skenario Dinas Pariwisata dan KONI.

"Tidak ada niat sedikit pun kami membuat ketidaknyamanan kepada para peserta, baik Dispar maupun KONI," ujarnya.

Ia menjelaskan, antara Dispar dan KONI memiliki tugas masing-masing. Dispar mengurus pada sisi branding dan venue di start dan finish, sedangkan KONI pada sisi teknis penyelenggaraan. Itupun berdasarkan standar-standar yang telah ada, baik KONI maupun Dispar.

"Keseluruhan persiapan semua sudah memenuhi standar, yakni peserta terdaftar dan sudah melalui proses pencatatan. Bahkan, semua peserta terlayani baik dan posisi penginapan tidak ada masalah. Tetapi apa yang terjadi benar-benar di luar skenario," tandas Faozal.

Sementara Ketua KONI NTB Andy Hadianto juga menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat NTB dan peserta atas insiden yang telah terjadi.

Diakuinya, keributan yang terjadi sebetulnya karena ada keterlambatan penyerahan medali kepada para peserta, namun insiden itu bisa dicegah andai saja para peserta mau bersabar.

"Medali datang pukul 09.00 WITA. Dua hari sebelumnya kami sudah tanyakan kepada Dunia Lari sebagai penyelenggara. Karena terlambat, akhirnya setiap finisher diberi tanda untuk nantinya ditukar, namun karena peserta kurang sabar sehingga terjadilah keributan," ujarya.

Menurut Andy, pihak panitia sebetulnya sudah menyediakan 2.000 medali, setiap kategori masing-masing 500 mendali, untuk kategori 41 km, 21 km, 10 km dan 5 km. Namun, karena terjadi keributan terdapat sisa 100 medali yang hingga kini belum diambil.

"Artinya, peserta tidak sabar menunggu, padahal masih ada medali yang belum dibagikan," katanya.

Lebih lanjut, Andy menyatakan dari total 5.000 pelari yang ikut di Lombok Marathon, hanya 1.300 yang membayar, sedangkan selebihnya ikut secara gratis.

"Jadi 2.700 itu gratis. Makanya ini yang tidak dipahami oleh semua peserta seolah semua mendapatkan medali. Padahal yang berhak medali mereka yang finisher dan mendaftar," ujarnya.

Meski begitu, pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi agar penyelenggaraan Lombok Marathon selanjutnya tidak menjadi persoalan.

"Yang jelas apa yang sudah terjadi akan kita perbaiki di penyelenggaraan berikutnya. Namun, semua itu harus atas dasar komitmen yang sama," kata Andy Hadianto. (*)