“Dalam konteks budaya, saya kira bangsa yang beradab itu adalah bangsa yang menghargai budayanya. Kita ini baru bisa dikatakan beradab, kalau kita menghargai budaya lokal, jadi budaya ini harus kita jadikan milik kita dan harus dijadikan satu identitas kita,” kata Fadli Zon dalam kegiatan Peresmian Pameran Bulan Bahasa dan Sastra di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Senin.
Baca juga: Pemuda di antara tantangan dan kewajiban kebangsaan
Pada kesempatan itu, ia juga menekankan kebudayaan lokal yang beragam, mulai dari budaya keris, wayang, batik dan lainnya yang haruslah dilihat sebagai aset kekayaan nasional sehingga tidak diambil sebagai bagian dari ekspresi budaya bangsa lain.
Di samping itu, keberagaman ekspresi budaya lokal tersebut akan kehilangan penutur atau aktor aslinya dari waktu ke waktu jika tidak dilihat sebagai aset kekayaan nasional.
Baca juga: Clara Shafira menegaskan anak muda tak boleh lupa warisan budaya
Pada saat yang sama, ia juga berpesan agar pelestarian kebudayaan lokal itu haruslah juga sejalan dengan pelestarian bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari beragam ekspresi bahasa dan kebudayaan lokal.
“Jadi harus seimbang antara Bahasa Indonesia yang harus diperkuat dan menjadi bahasa nasional, tapi di sisi lain juga kami harus memperkuat pelestarian dan perlindungan terhadap bahasa daerah supaya tidak punah. Karena ada beberapa yang punah karena penuturnya sudah semakin habis,” imbuhnya.
Baca juga: Museum jadi tempat diskusi pemuda sebagai wujud Merdeka Belajar