Museum jadi tempat diskusi pemuda sebagai wujud Merdeka Belajar

id Museum,Merdeka belajar,Museum Sumpah Pemuda,Indonesian Heritage Agency

Museum jadi tempat diskusi pemuda sebagai wujud Merdeka Belajar

Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya atau Indonesian Heritage Agency (IHA) Brahmantara (baris kedua, tengah) bersama para pemenang kompetisi debat tingkat SMA/Sederajat di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya atau Indonesian Heritage Agency (IHA) Brahmantara menyatakan bahwa museum menjadi tempat berdiskusi bagi pemuda terkait isu-isu yang relevan dengan kondisi saat ini sebagai wujud dari program Merdeka Belajar.

“Lewat berbagai aktivitas yang diselenggarakan di museum, para pemuda akan lebih perhatian dengan isu-isu saat ini, kemudian mereka akan berhimpun dengan sesama temannya untuk membicarakan hal-hal aktual, sehingga museum ini menjadi satu ruang diskusi, membangkitkan minat belajar yang tentu tidak lepas dari program Merdeka Belajar,” katanya saat ditemui di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan, salah satu program dari Museum dan Cagar Budaya yakni reimajinasi, yang bertujuan menjadikan museum sebagai ruang publik, untuk mengatasi permasalahan dari generasi muda yang selama ini fokusnya teralihkan pada media sosial.

“Generasi muda yang scroll-scroll media sosial itu kan mereka tidak punya ruang yang ideal untuk melakukan satu diskusi dan sebagainya, karena selama ini ruang diskusi itu mungkin hanya terbatas di sekolah, bahkan di sekolah saja kita tidak bisa menjamin 100 persen itu terjadi dengan baik, sehingga museum bisa menjadi ruang untuk itu,” ujarnya.

Ia menegaskan, keberadaan museum dapat mengenalkan generasi muda pada jati diri bangsa sehingga dapat terhindar dari dampak negatif media sosial.

“Generasi muda dapat lebih mengenal kebudayaan sebagai jati diri bangsa di museum, bagaimana kemudian itu mampu memperkuat nalar kritis dan akal sehat selektif, bagaimana kita bisa membagi ruang terhadap hal-hal yang memang harus dilakukan atau tidak dilakukan untuk menghindari dampak negatif dari adanya teknologi,” tuturnya.

Indonesian Heritage Agency (IHA) melakukan revitalisasi museum yang mencakup transformasi konseptual melalui konsep reimajinasi warisan budaya yang terdiri atas tiga pilar utama yakni reprogramming, redesigning, dan reinvigorating.

Reprogramming fokus pada pembaruan dan pengembangan program agar lebih relevan dengan perkembangan zaman, menciptakan inovasi baru yang menarik minat generasi muda, serta memastikan warisan budaya kita agar terus hidup dan berkembang.

Baca juga: Koleksi artefak peradapan Islam jadi keunggulan Museum Negeri NTB

Redesigning, yakni mendesain ulang cara merawat budaya, melakukan pendekatan modern dan interaktif untuk memberikan pengalaman lebih kaya dan mendalam pada setiap pengunjung.

Kemudian, reinvigorating, yang menekankan pada revitalisasi, semangat, dan energi dalam pelestarian budaya untuk mendorong partisipasi aktif dari masyarakat termasuk seniman, budaya, dan komunitas untuk menjaga dan merawat warisan budaya Indonesia.

Baca juga: Museum NTB mewakili Indonesia dalam pameran sejarah Islam di Arab Saudi

Hingga saat ini, Indonesian Heritage Agency (IHA) mengelola 18 museum dan 34 cagar budaya di seluruh Indonesia, termasuk Museum Nasional yang akan dibuka kembali pascakebakaran tahun lalu, pada 15 Oktober 2024.