Mataram (ANTARA) - Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) Ahmad Nuralam mengungkapkan koleksi artefak sejarah peradaban Islam yang tersimpan di Museum NTB masih dilestarikan masyarakat dan menjadi keunggulan bila dibandingkan koleksi museum besar lain di dunia.
"Bendanya disimpan di museum, sedangkan tradisinya masih ada di masyarakat," kata Ahmad Nuralam di Mataram, Senin.
Pada 25 Januari hingga 25 Mei 2025 Museum NTB bersama Museum Sonobudoyo di Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jakarta mewakili Indonesia dalam pameran internasional Islamic Arts Biennale di Terminal Haji Barat Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.
Pameran bertema The Art of Number itu termasuk pameran terbesar dunia yang menampilkan kekayaan dan keberagaman budaya Islam melalui lembaga-lembaga dari berbagai negara. Indonesia terpilih sebagai perwakilan Asia Tenggara dari 20 negara.
Baca juga: Museum NTB mewakili Indonesia dalam pameran sejarah Islam di Arab Saudi
Nuralam menuturkan usia artefak Museum NTB yang dipamerkan sekitar 300 sampai 400 tahun. Umur itu masih tergolong muda bila dibandingkan usia koleksi artefak Museum Louvre di Perancis maupun Museum London, dan History of Science Museum Oxford di Inggris yang mencapai ribuan tahun.
Walau museum-museum besar tersebut memiliki benda dan artefak bersejarah, namun koleksi artefak mereka tidak memiliki tradisi dan tidak lagi digunakan oleh masyarakat modern saat ini.
"Mereka memiliki benda peninggalan peradaban Islam, tetapi ketika ditanya manfaatnya mereka tidak tahu. Sedangkan kami masih menjaga itu (tradisi dan manfaat artefak)," ujarnya.
Museum NTB memamerkan delapan artefak antara lain keris, cipo' cila (jilbab khas perempuan Sumbawa), kitab tajul muluk, hingga peralatan makan sirih, yang merupakan warisan dari suku Sasak, suku Samawa, dan Suku Mbojo.
Baca juga: Museum NTB menggelar panggung kompetisi pentas seni disabilitas
Anggota Dewan Kebudayaan Daerah NTB Baiq Mulianah mengapresiasi terpilihnya NTB sebagai salah satu perwakilan Indonesia dalam pameran internasional yang menyambut musim haji 2025 tersebut.
"Dengan munculnya NTB sebagai perwakilan Indonesia, tentu ini menjadi sebuah rekognisi bagi kebudayaan kita," ucapnya.
Mulianah menyarankan agar NTB lebih banyak mempublikasikan budaya dan jejak-jejak sejarah kebudayaan Islam. Budaya tersebut, imbuhnya, harus disuarakan sebagai pengetahuan untuk siapa saja.
"Bayangkan setiap hari jutaan orang dari seluruh dunia tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz. Di situ terpajang benda-benda kebudayaan dan warisan simbol-simbol yang melambangkan kekayaan budaya kita," kata Baiq Mulianah yang juga Rektor Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB.
Baca juga: Museum Negeri NTB gelar pertunjukan wayang sasak
Baca juga: Museum NTB ingin bertransformasi jadi BLUD