ExxonMobil bidik Indonesia menjadi tuan rumah petrokimia

id ExxonMobil,Petrokimia,MoU,CCS Hub

ExxonMobil bidik Indonesia menjadi tuan rumah petrokimia

VP Public & Government Affairs ExxonMobil Cepu Limited Dave A. Seta dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Rabu (19/3/2025). ANTARA/Putu Indah Savitri

Jakarta (ANTARA) - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) membidik Indonesia menjadi tuan rumah pengembangan petrokimia di kawasan Asia, sebab Asia diharapkan menjadi pusat pertumbuhan industri polimer pada 20–30 tahun ke depan.

“Kami sedang melihat Indonesia menjadi salah satu tempat pengembangan petrokimia di kawasan,” ucap VP Public & Government Affairs ExxonMobil Cepu Limited Dave A. Seta dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Rabu malam.

Rencana itulah yang melandasi ExxonMobil bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk melakukan studi tentang peluang realisasi pengembangan petrokimia. Terlebih, tutur Dave, kawasan Asia diharapkan menjadi pusat pertumbuhan industri polimer.

Industri polimer dan petrokimia memiliki hubungan erat karena sebagian besar polimer berasal dari bahan baku yang diproduksi oleh industri petrokimia. Selain membedah potensi Indonesia untuk menjadi tuan rumah petrokimia, ExxonMobil juga sedang menyoroti potensi bisnis pengembangan pusat Carbon Capture and Storage (CCS Hub).

“Kami sedang kerja sama dengan Pertamina untuk melihat potensi bisnis pengembangan CCS Hub atau CCS terpusat di Sunda Asri, yang lokasinya ada di Laut Jawa,” kata Dave.

Pernyataan tersebut ia sampaikan terkait nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan ExxonMobil Chemical International Major Growth Ventures (ExxonMobil) dalam pengembangan sektor petrokimia serta teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) senilai 10 miliar dolar AS (Rp162,64 triliun, kurs Rp16.264).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS tersebut dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 90 persen.

Baca juga: Pupuk Indonesia memberikan santunan 72 anak asuh PIKA Petrokimia Gresik

Ia berharap proyek pengembangan petrokimia dan teknologi CCS tersebut dapat segera memasuki tahapan groundbreaking, serta dapat menjadi proyek CCS yang dapat beroperasi pertama kali.

Baca juga: IIF salurkan 38,55 juta dolar AS memperkuat pasok petrokimia

MoU tersebut diharapkan dapat menjadi fondasi untuk membangun kerangka kerja sama yang lebih erat, termasuk pembentukan Satuan Tugas Bersama yang bertugas mengoordinasikan langkah-langkah strategis untuk merealisasikan proyek tersebut. Kerja sama tersebut sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang ramah dan kompetitif.