Mataram (ANTARA) -
Kolaborasi tambang untuk masa depan NTB
Di sebuah rumah sederhana di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, seorang pemuda bernama Deni tampak sibuk menata peralatan bengkel kecil miliknya. Deretan kunci inggris, obeng, dan mesin las yang kini menjadi sumber penghidupannya, dulunya hanyalah benda asing yang tak pernah ia bayangkan bisa dikuasai.
Beberapa tahun lalu, kehidupan Deni hanya berkisar pada pekerjaan serabutan tanpa arah yang jelas. Jalan satu-satunya yang sering dipikirkan adalah merantau ke kota besar, meninggalkan tanah kelahiran yang terasa sempit dan tanpa peluang.
Perubahan besar datang ketika ia mengikuti pelatihan vokasi yang digelar pemerintah daerah bersama PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN). Dari pelatihan itu, ia mendapatkan keahlian mekanik dasar, sertifikat kompetensi, hingga kesempatan magang di kontraktor tambang. Deni bukan hanya berhasil mendapat pekerjaan layak, tetapi kini memiliki keyakinan untuk membuka bengkel kecil dan berbagi keterampilan dengan pemuda lain di desanya.
Cerita Deni hanyalah sepotong dari mosaik besar tentang transformasi masyarakat lingkar tambang. Di balik kisah ini ada benang merah penting yakni kolaborasi. Perusahaan tambang memahami bahwa keberlanjutan sebuah industri tidak bisa dicapai dengan berjalan sendiri. Pertambangan yang hanya berorientasi pada produksi akan cepat kehilangan legitimasi sosial. Karena itu, perusahaan memilih membangun pola kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat, bukan sekadar memberikan bantuan sepihak.
Kolaborasi ini terlihat jelas di bidang pendidikan. Pemerintah daerah menyediakan sekolah dan tenaga pengajar, sementara perusahaan melengkapi dengan fasilitas, beasiswa, hingga pelatihan vokasi. Hasilnya, anak-anak di lingkar tambang kini memiliki akses pendidikan lebih baik. Ada yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi, ada pula yang memilih jalur keterampilan dengan sertifikat kompetensi. Pendidikan yang sebelumnya dianggap terbatas kini menjadi pintu harapan baru.
Di bidang infrastruktur, kerja sama juga nyata. Pemerintah menyiapkan lahan serta perizinan, perusahaan mendukung pembangunan sarana air bersih, jalan desa, hingga fasilitas umum lain. Masyarakat pun terlibat dalam perawatan dan pemanfaatannya. Jalan yang dulu becek kini lebih layak dilalui, mempermudah akses hasil pertanian ke pasar. Air bersih yang dulu langka kini lebih mudah diperoleh, meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
Baca juga: Jejak harapan di tanah tambang (Bagian 1)
Dampak kolaborasi paling terasa adalah pada pemberdayaan ekonomi. Kelompok ibu rumah tangga mendapat pelatihan pengolahan pangan dan keterampilan menjahit. Pemuda desa dilatih membuka usaha bengkel, perikanan, hingga budidaya pertanian modern. Hasilnya, tumbuh usaha kecil berbasis komunitas yang perlahan memperkuat kemandirian ekonomi.
Di Desa Benete, misalnya, kelompok ibu rumah tangga kini mampu memproduksi olahan ikan asin dalam kemasan modern. Jika dulu hanya dijual kiloan di pasar dengan keuntungan tipis, kini produk mereka masuk toko-toko dengan harga lebih baik. Bagi para ibu, ini bukan sekadar tambahan penghasilan, melainkan kebanggaan karena mampu membuktikan bahwa keterampilan lokal bisa bersaing.
Kolaborasi juga merambah bidang lingkungan. Program rehabilitasi lahan dan konservasi mangrove dilakukan dengan melibatkan warga desa secara langsung. Pemerintah daerah memberikan pendampingan teknis, perusahaan menyediakan bibit dan logistik, sementara masyarakat yang menanam dan merawat.
Kegiatan ini menumbuhkan kesadaran lingkungan yang nyata, bukan sekadar angka di laporan perusahaan. Anak-anak sekolah pun diajak menanam mangrove di pesisir desa, sehingga tumbuh rasa memiliki dan kepedulian lintas generasi. Apa yang ditanam hari ini bukan hanya pohon, tetapi juga kesadaran kolektif untuk menjaga bumi tempat mereka hidup.
Baca juga: Jejak harapan di tanah tambang (Bagian 2)
Menghadapi tantangan bersama
Meski banyak capaian, jalan kolaborasi tidak selalu mulus. Perbedaan kepentingan, keterbatasan sumber daya, hingga sikap skeptis sebagian masyarakat kerap menjadi hambatan. Namun tantangan ini dihadapi melalui dialog rutin antara perusahaan, pemerintah, dan tokoh masyarakat.
Isu besar seperti dampak lingkungan hingga persoalan kecil seperti distribusi air bersih, semua dibicarakan secara terbuka. Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai penerima manfaat, tetapi juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dengan cara ini, kolaborasi menjadi wadah belajar bersama untuk mencari solusi terbaik.
Apa yang terjadi di lingkar tambang Sumbawa Barat sesungguhnya bisa menjadi model pembangunan daerah. Pertambangan, jika dijalankan dengan tanggung jawab dan keterlibatan aktif masyarakat, bukan hanya penggerak ekonomi makro, tetapi juga motor penguatan kapasitas lokal.
Keberadaan perusahaan bersama pemda yang membuat pemuda seperti Deni tidak perlu meninggalkan desanya untuk bekerja. Ibu-ibu seperti Nuraini mampu menambah penghasilan keluarga. Anak-anak sekolah menatap masa depan dengan optimisme baru. Lebih dari itu, tumbuh rasa percaya diri bahwa masyarakat lokal mampu berdiri sejajar dengan industri besar.
Kisah-kisah ini menegaskan bahwa pertambangan berkelanjutan tidak hanya bicara tentang teknologi atau target produksi, tetapi juga tentang manusia di sekitarnya. Wajah-wajah desa yang dulu penuh kecemasan kini menampilkan keyakinan baru. Harapan itu tumbuh dari keterampilan, usaha lokal, dan kesadaran lingkungan yang ditanam bersama.
Jika emas dan tembaga adalah hasil yang digali dari perut bumi, maka keterampilan, wirausaha, dan kesadaran menjaga alam adalah hasil yang tumbuh di hati masyarakat. Hasil inilah yang akan bertahan jauh lebih lama, mewariskan masa depan yang lebih kokoh bagi generasi berikutnya.
Kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat di lingkar tambang NTB menunjukkan bahwa masa depan tidak hanya ditentukan oleh apa yang diambil dari bumi, tetapi juga oleh apa yang ditanam dalam diri manusia.
Baca juga: Kolaborasi tambang untuk masa depan NTBBaca juga: Tajuk ANTARA NTB: Tambang dan tanggung jawab sosial berkelanjutan
Baca juga: Tambang rakyat dan jalan sunyi koperasi
Baca juga: Tajuk: Tambang NTB, Saatnya berhenti main mata
