Nepal tutup jalur pendakian Gunung Everest untuk mencegah COVID-19

id COVID-19 di Nepal,COVID-19,virus corona

Nepal tutup jalur pendakian Gunung Everest  untuk mencegah COVID-19

Yuichi Miura, pria Jepang berumur 80 tahun dan dikenal sebagai pendaki gunung serta pernah empat kali menjalani operasi bedah jantung, berhasil mencapai puncak tertinggi Everest (www.japantimes.co.jp)

Kathmandu (ANTARA) - Pemerintah Nepal menutup seluruh jalur pendakian Puncak Himalaya, termasuk Gunung Everest, selama musim pendakian ini demi mengantisipasi penyebaran jenis baru virus corona (COVID-19), kata Menteri Pariwisata Yogesh Bhattarai, Jumat.

Nepal, negara dengan delapan dari 14 gunung tertinggi dunia, termasuk Gunung Everest, menerima pendapatan lebih dari empat juta dolar AS Amerika Serikat (sekitar Rp59 miliar) setiap tahun dari biaya izin masuk jalur pendakian.

Menteri Bhattarai mengatakan pendakian ke seluruh puncak Himalaya pada Maret sampai Mei ditunda.

"Pendakian pada musim ini ditutup," kata Bhattarai.

"Penutupan ini merupakan upaya pencegahan," tambah dia saat ditanya hubungan penutupan dengan pandemi COVID-19.

Nepal sempat melaporkan satu kasus positif COVID-19. Pasien itu merupakan seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dan saat itu ia tengah berada di rumah. Otoritas setempat, sejauh ini, telah memeriksa 450 orang.

Penutupan jalur di Nepal diyakini akan berdampak pada ratusan pendaki yang tengah mempersiapkan perjalanannya pada musim semi. Musim itu dinilai sebagai saat yang tepat untuk mendaki karena tidak terlalu dingin dan basah karena hujan. Di Nepal, musim dingin mulai berlangsung pada Juni.

Everest, gunung setinggi 8.850 meter dari permukaan laut (mdpl) atau sekitar 29.035 kaki, berada di perbatasan di antara Nepal dan Tibet, China. Otoritas China pada Kamis (12/3) juga mengumumkan penutupan jalur pendakian.

Untuk kedua kalinya, otoritas Nepal menutup jalur pendakian dalam beberapa tahun terakhir. Pendakian puncak Himalaya pernah ditutup pada 2015 karena gempa bumi mengguncang Nepal pada 25 April. Saat itu, gempa menewaskan kurang lebih 9.000 jiwa.

Saat longsor akibat gempa terjadi di Everest, 18 orang dilaporkan tewas di kamp pendaki.

"Ini jadi kabar buruk bagi para ketua pendakian dan klien kami yang telah berlatih selama berbulan-bulan untuk pendakian tahun ini," kata penyedia jasa pendakian asal California Furtenbach Adventure, Lukas Furtenbach.

Sementara itu, penyedia jasa lain, Adrian Ballinger dari Alpenglow Expeditions, mengatakan ia memahami keputusan tersebut.

"Penutupan itu bukan keputusan yang kami inginkan, tetapi itu langkah yang bertanggung jawab," kata Ballinger dalam pernyataan tertulis.

"Wabah COVID-19 di kamp pendakian tentu akan berbahaya dan dampaknya akan sangat buruk," tambah dia.

Nepal juga akan berhenti mengeluarkan visa, khususnya visa on arrival sampai 30 April, kata otoritas terkait.

Sumber: Reuters